Page 83 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 83
bergantung pada kekuatan tambatan yang telah kami pasang.
Jika rapuh, maka tambatan itu bisa tercerabut oleh tarikan
beban jatuh. Karena itu, prosedur keselamatan mengharuskan
bahwa tambatan terbuat dari sedikitnya dua pengaman emas—
pengaman yang sungguh kuat meski terkena beban jatuh.
Sayupsayup aku mendengar suara Oscar, menggapai te
lingaku seperti dari dalam mimpi. Bunyi itu menggugah aku
bahwa aku telah terpisah dari dia. Kesadaranku telah mening
galkan dia di seberang jurang. Aku baru saja masuk bertemu
si Fulan kembali. Pipinya segar, muda seperti dua tahun lalu
ketika ia belum terjerat perkawinan. Rambutnya keriting wol.
Ia dalam keadaan baru putus jari. Seseorang berteriak, Yuda,
carikan kelingking yang putus sebelum digondol tikus! Maka
ketika aku menyisipnyisipkan jemariku, aku berkata, tidakkah
batu itu rumpal karena aku memaku dan mengebor terlalu
kasar sehingga menggetarkan bidang. Keraguanku bertumbuh
pada metode yang selama ini kupakai.
Dengan ibundamu pakailah cara lain.
Oscar berseru lancang sekarang. Kau telah terlalu jauh
tanpa memasang pengaman, Yuda!
Aku menoleh ke bawah. Ah, siapa bilang! Ia sudah ketular
an Pete si pemakan petai itu. Sesungguhnya aku telah mema
sang pengaman. Beberapa buah sisip. Hanya saja Oscar merasa
tambatan yang kupasang kurang aman. Sabuk kekangnya ter
kait pada tambatan yang menurut dia hanya terbuat dari satu
emas dan satu perak. Artinya, hanya satu yang tak akan lepas
jika terkena beban jatuh. Yang perak, limapuluh limapuluhlah.
Yang emas itu kubikin dengan jeratan tali ambin pada lubang
dengan batu terjepit. Yang “emas keperakan” kupasang dari
heksentrik—pengaman sisip bersegi enam. Tapi, ah, aku yakin
tak akan jatuh sampai sebuah ceruk di bawah siku tonjolan
batu. Di sana aku bisa memasang, hmm, sesuatu. Kita lihat saja
nanti.
3