Page 292 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 292

mungkin ia mulai menyadari betapa sunyi hidupnya, dengan atau tanpa
                 Alamanda, dan inilah yang membuat dirinya semakin terasa menyedih-
                 kan. Ia tahu bahwa ia tak memiliki keberanian apa pun hi dup tanpa
                 perempuan yang begitu dipujanya sejak pertemuan pertama itu, bahkan
                 yang kemudian membuatnya melakukan pemerkosaan. Tapi ia juga tak
                 melihat kebahagiaan apa pun untuk meneruskan hidup dengannya,
                 sejauh Alamanda tak memiliki tanda-tanda untuk membalas cintanya,
                 walau sedikit.
                    Ia mulai bertanya-tanya kembali apakah ia sungguh-sungguh men-
                 cintai istrinya, dan jawabannya selalu ya bahwa ia mencintai Alamanda.
                 Ia mungkin harus berpikir sebagai seorang lelaki ksatria, lelaki sejati,
                 pra jurit yang sesungguhnya, untuk menawarkan perceraian kepadanya
                 dan mungkin dengan itu Alamanda bisa menjadi makhluk yang bahagia
                 meskipun Sang Shodancho tetap akan menjadi makhluk yang menyedih-
                 kan. Tapi bahkan memikirkan perceraian saja membuatnya mengucur-
                 kan air mata lebih deras dalam kesedihan yang dalam. Ia berkata pada
                 dirinya sendiri bahwa jika istrinya ditemukan, ia berjanji tak akan pernah
                 menyakitinya lagi dan sepenuhnya akan menghamba kepada apa pun
                 yang diinginkannya. Ia akan melakukan semuanya asal kan Alamanda
                 tak akan pernah meninggalkan dirinya. Bahkan meskipun mereka harus
                 mengubur impian memiliki anak keturunan karena bisa saja mereka
                 me mungut anak-anak orang lain untuk mereka besarkan bersama-sama.
                    Saat itu senja sudah semakin jatuh dan kegelapan malam mulai
                 merayap menyentuh beranda rumahnya sementara lampu belum juga
                 dinyalakan. Alamanda belum juga pulang membuat kesedihan Sang
                 Shodancho semakin mendalam. Karena itu ketika bayangan Alamanda
                 tampak di gerbang pagar ia segera bisa melihatnya, pertama sedikit ragu
                 jangan-jangan itu hanya sekadar halusinasi, tapi setelah bayangan itu
                 semakin mendekat ia semakin yakin bahwa yang berjalan ke arahnya
                 adalah sosok istrinya. Sang Shodancho segera menjatuhkan diri dan
                 berlutut di depan Alamanda yang mengernyitkan dahi melihat ting-
                 kahnya. Lalu Sang Shodancho berkata bahwa ia sangat menyesal telah
                 melanggar janjinya sendiri dan ia minta maaf untuk itu.
                    ”Tak perlu minta maaf, Shodancho,” kata Alamanda, ”Karena aku
                 sudah mengenakan pelindung terbaru dengan mantra yang lebih sulit.

                                             285





        Cantik.indd   285                                                  1/19/12   2:33 PM
   287   288   289   290   291   292   293   294   295   296   297