Page 291 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 291

tanpa lelah, membentuk harmoni kesedihan dan keriangan yang gan-
              jil. Alamanda sungguh-sungguh merasa hancur hatinya karena untuk
              kesekian kalinya ia gagal mempertahankan diri, merasa diri begitu
              hina dan kotor dan ia sangat menyesal. Ketika Sang Shodancho selesai
              mem buang berahinya dan tergolek di samping tubuhnya, tanpa segan
              Alamanda menendangnya membuat Sang Shodancho terguling jatuh
              ke lantai sambil berkata, ”Pemerkosa busuk, kau tak hanya memerkosa
              istrimu bahkan mungkin memerkosa ibumu juga!” Ia melempari Sang
              Shodancho dengan bantal dan menambahi, ”Aku curiga kemaluanmu
              begitu panjangnya sehingga kau bahkan memerkosa lubang anusmu
              sendiri.”
                 Apa yang sedikit membuatnya lega adalah bahwa suaminya tak
              memperlakukannya sebagaimana satu tahun yang lalu. Ia tak lagi dise-
              kap di dalam kamar telanjang bulat di atas tempat tidur dengan kedua
              tangan dan kaki diikat ke empat sudut ranjang. Begitu ia dijatuhkan
              dari lantai, Sang Shodancho segera berdiri dan mengenakan pakaiannya
              sebelum pergi meninggalkannya seorang diri di dalam kamar. Keesokan
              harinya, tanpa pengawasan Sang Shodancho, dengan leluasa Alamanda
              menghilang dari rumah. Hal ini membuat Sang Shodancho diterpa rasa
              panik, tak membayangkan bahwa istrinya telah dibuat tak tahan oleh
              apa yang dilakukannya dan memutuskan untuk melarikan diri.
                 Ia mencoba menyuruh orang untuk mencarinya ke rumah Dewi Ayu,
              tapi orang itu tak menemukan Alamanda di sana. Ia juga me ngirim
              seseorang untuk pergi ke rumah Kliwon secara diam-diam, dibakar api
              cemburu dan ia menduga bahwa istrinya pergi ke tempat kekasih lama-
              nya itu, tapi sama sekali tak terbukti bahwa Alamanda ada di sana. Ia
              mulai mengirim orang ke setiap pelosok kota dan Alamanda tak juga
              ditemukan. Mengirim orang ke stasiun dan terminal bis untuk mencari
              tahu seandainya Alamanda pergi meninggalkan kota, tapi tak seorang
              pun pernah melihatnya naik bis maupun kereta. Sang Shodancho
              mulai terempas di kursi beranda dalam keputusasaan, menangisi nasib
              ma langnya telah kawin dengan perempuan yang sangat dicintainya tapi
              tak pernah mencintainya, sehingga orang lewat yang menyapanya tak
              satu pun dibalasnya.
                 Senja membuatnya merasa semakin kosong dan sunyi, dan sesegera

                                           284





        Cantik.indd   284                                                  1/19/12   2:33 PM
   286   287   288   289   290   291   292   293   294   295   296