Page 287 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 287

seorang bayi kecil, tidak pula tangisannya. Ia memandang istrinya yang
              juga memandang dirinya dengan wajah pucat pasi, ingin mengatakan
              sesuatu dengan mulut yang sudah terbuka dan bergetar bagai orang
              meng gigil, tapi tak sepatah kata pun keluar dari mu lutnya.
                 Sang Shodancho mulai teringat pada kata-kata Kamerad Kliwon
              dan mulai khawatir bahwa apa yang dikatakannya sungguh-sungguh
              benar. Kemudian didorong oleh rasa panik ia melompat ke arah istri-
              nya dan mengguncang-guncangkan tubuhnya begitu keras me nuntut
              Ala manda mengatakan apa yang terjadi. Tapi bukannya me ngatakan
              apa pun, Alamanda kemudian terkulai lemas dan tak sadarkan diri di
              atas tempat tidur. Tepat bersamaan dengan kedatangan si dukun bayi
              yang sengaja disuruh menginap menunggu kelahiran Nurul Aini yang
              ditunggu-tunggu itu, dan si dukun bayi yang telah mengalami hal-hal
              aneh seperti itu menghampiri mereka berdua, mem baringkan tubuh
              Alamanda dengan benar dan menyelimutinya, lalu berkata pada Sang
              Shodancho, ”Hal seperti ini kadang-kadang terjadi, Shodancho, tak
              ada anak bayi kecuali hanya angin dan angin.”
                 ”Kau sendiri yang bilang bahwa anakku perempuan!” teriak Sang
              Shodancho tak menerima dengan nada tinggi penuh kemarahan. Ke-
              tika ia melihat ketenangan sikap si dukun bayi, ia mulai duduk di tepi
              tempat tidur menangis sejadi-jadinya tak memedulikan bahwa dirinya
              bukan anak kecil yang kehilangan mainan melainkan seorang laki-laki
              berumur tiga puluh tahun lebih. Tapi ia memang kehilangan Nurul
              Aini, gadis kecil impiannya yang telah ia nantikan bukan saja sejak
              istrinya hamil bahkan sejak ia pertama kali melihat Alamanda di per-
              tarungan adu babi. Itu waktu ia untuk pertama kali dibuat jatuh cinta
              kepadanya dan ia berharap gadis itu bisa menjadi istrinya, ibu dari anak-
              anaknya. Saat itu ia mulai membayangkan Alamanda melahirkan anak
              yang ditanam di rahimnya, dan salah satu anak yang hendak ia beri
              nama Nurul Aini itu telah dirampok oleh entah siapa kecuali kutukan
              itu jika memang benar. Dengan serta-merta Sang Shodancho teringat
              kembali pada Kamerad Kliwon; kali ini bukan dengan sedikit kekha-
              watiran bahwa kutukan itu benar-benar akan terjadi, tapi dalam badai
              kemarahan karena kutukan itu sungguh-sungguh telah terjadi. Kamerad
              Kliwon telah merampok anaknya dan ia harus membalas dendam.

                                           280





        Cantik.indd   280                                                  1/19/12   2:33 PM
   282   283   284   285   286   287   288   289   290   291   292