Page 286 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 286

langsung memikirkan nama anaknya dan memutuskan untuk memberi-
                 nya nama Nurul Aini tanpa tahu apa artinya hanya karena nama itu
                 tiba-tiba muncul di kepalanya. Na mun dengan begitu ia merasa yakin
                 nama itu diturunkan Tuhan begitu saja agar ia memberi nama anaknya
                 seperti itu, semacam wahyu yang harus ia turuti. Sementara itu istrinya
                 dibanjur air bunga gayung demi gayung di tengah malam dingin dite-
                 mani sang dukun, membuatnya menggigil kedinginan dan berpikir
                 bah wa besok hari ia akan masuk angin.
                    Di tempat lain di tengah laut, Kamerad Kliwon berharap bahwa apa
                 yang ia lihat salah sama sekali dan mengharapkan mereka punya anak
                 sesungguh-sungguhnya. Bukan sekadar panci kosong.
                    Nurul Aini yang itu tak pernah lahir sebagaimana harapan orang-
                 orang itu tak pernah dikabulkan: Alamanda tak pernah melahirkan
                 anaknya yang seharusnya muncul pada tahun kedua kedatangan Sang
                 Shodancho kembali ke kota dari hutan gerilyanya. Bukan karena Sang
                 Shodancho melanggar janji sendiri dan Alamanda meng gu gur kannya,
                 namun bayi itu lenyap begitu saja dari dalam perut Alamanda. Hal itu
                 terjadi beberapa hari menjelang hari yang diramalkan baik oleh dokter
                 maupun dukun bayi sebagai hari kelahiran anaknya.
                    Alamanda sendiri tak tahu apa yang terjadi karena ketika bangun
                 tidur tiba-tiba ia bersendawa begitu keras seolah mengeluarkan be gitu
                 banyak angin dan tiba-tiba ia menemukan dirinya bagai seorang pera-
                 wan bertubuh langsing tanpa bobot di dalam rahimnya. Kenyataannya
                 ia begitu terkejut melihat itu semua meskipun dua bulan sebelum itu
                 Kamerad Kliwon sudah mengatakan kepadanya bahwa perutnya bagai
                 panci kosong, hanya angin dan angin. Meskipun ia bisa mengingat de-
                 ngan jelas bagaimana Kamerad Kliwon mengatakannya, ia tetap terkejut
                 dan menjerit di pagi yang tenang dan segar itu. Sang Shodancho yang
                 tidur di kamar lain datang tergopoh-gopoh hanya mengenakan celana
                 kolor dan kaus dalam dengan wajah banyak dihiasi jiplakan lipat an
                 bantal dan tangan bekas gigitan nyamuk. Ia menghambur ke kamar
                 istrinya dan ikut terpana melihat perut istrinya telah langsing kembali.
                    Semula ia menganggap bahwa istrinya telah melahirkan dan ia
                 men coba mencari anak kecil itu serta genangan darah yang mungkin
                 ada, di atas tempat tidur dan bahkan di kolongnya. Ia tak menemukan

                                             279





        Cantik.indd   279                                                  1/19/12   2:33 PM
   281   282   283   284   285   286   287   288   289   290   291