Page 285 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 285
menghilangnya ikan dan dengan usahanya kini kapal-kapal itu telah
dibuat menjauh dan ikan-ikan datang kembali. Menerangkannya sema-
terial mungkin sebagaimana diajarkan para guru Marxisnya. Tapi pada
kenyataannya ketika para nelayan mempunyai banyak uang, orang-
orang itu membeli seekor sapi dan melakukan pesta di pesisir ditemani
berbotol-botol tuak dan kepala sapinya mereka lemparkan ke laut untuk
persembahan kepada Ratu Laut Kidul. Tetap dengan tahayul mereka
sendiri. Kamerad Kliwon sama sekali tak bisa berbuat banyak untuk
hal itu, merasa yakin tak akan begitu mudah menjejalkan logika pa-
ling sederhana apa pun kepada mereka, apalagi pikiran-pikiran Marxis
yang ia sendiri terima secara sepotong-sepotong selama keberadaannya
yang singkat di ibukota. Kamerad Kliwon sudah cukup senang bahwa
mereka memiliki keberanian untuk melawan terhadap apa pun yang
mengancam kebersamaan dan kehidupan mereka, dan berkali-kali
Kamerad Kliwon mem be ri ta hu para sahabatnya bahwa kehidupan tak
semudah itu, bahwa jangan larut dalam kemenangan yang semu, bahwa
ikatan per sau daraan harus dijalin lebih erat karena musuh yang besar
belum juga datang.
Pesta syukuran yang meriah tidak hanya dilakukan oleh para ne la-
yan itu, tapi juga oleh Sang Shodancho yang kini begitu senang bisa
selalu melakukan pesta syukuran. Terutama karena didorong ketakutan
terbuktinya kutukan yang ia khawatirkan datang dari Kamerad Kliwon,
ia meminta satu upacara tradisional dilaksanakan untuk istrinya demi
keselamatan Alamanda dan jabang bayi di dalam perutnya. Upacara itu
berupa mandi tengah malam dengan air beraneka jenis bunga dengan
mantra-mantra yang dibacakan seorang dukun bayi. Si dukun memasti-
kan Sang Shodancho bahwa perut istrinya bunting dengan demikian
indah dan karena itu ia yakin bahwa anaknya baik-baik saja di dalam
sana, seorang gadis kecil yang sangat cantik sebagaimana ibunya.
Sang Shodancho tak pernah memedulikan apakah anaknya akan
laki-laki atau perempuan, memikirkan bahwa ia akan punya anak saja
sudah sangat cukup baginya. Ketika ia mendengar ramalan si dukun
bayi bahwa anaknya perempuan, ia terlonjak gembira dan merasa yakin
kutukan itu hanyalah omong-kosong, tak lebih dari sekadar kata-kata
yang keluar dari mulut seorang laki-laki yang dibakar api cemburu. Ia
278
Cantik.indd 278 1/19/12 2:33 PM