Page 280 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 280

mengusir kenangan atas peristiwa pagi tersebut, mem buang kehangat-
                 an tubuh gadis itu di tubuhnya, menghapus sentuhan buah dada yang
                 lembut, namun tampaknya akan berakhir dengan kesia-siaan.
                    ”Namanya Adinda,” katanya begitu menyedihkan, ”adik Ala manda.”
                    Teror tersebut berlangsung sampai siang, ketika akhirnya ia memu-
                 tuskan untuk bangun dan pergi mandi. Para nelayan telah keluar pula
                 dari rumah-rumah mereka, memeriksa jaring, mem betulkan yang rusak
                 diamuk ikan-ikan galak, dan beberapa yang lain tampak berjalan-jalan
                 ke arah kota mencari hiburan. Setelah memastikan bahwa jaring mereka
                 yang direntangkan dijemur di samping gubuk dalam keadaan baik,
                 Kame rad Kliwon mandi di sumur. Tempat mandi itu hanya dilindungi
                 belukar pandan, berupa sumur tanpa dinding, gentong besar dengan
                 lubang kecil yang disumbat karet bekas sandal jepit terletak di salah
                 satu sudutnya. Tapi Kamerad Kliwon tak suka mandi di pancuran yang
                 mirip ken cing itu, dan lebih suka menimba dan membanjurkan airnya
                 lang sung ke tubuh.
                    Ternyata ia tak bisa melepaskan diri dari gadis kecil bernama Adinda
                 itu, seolah keluarga tersebut telah ditakdirkan akan merong rongnya se-
                 umur hidup. Belum selesai ia mandi, Karmin telah ber teriak bahwa dua
                 orang gadis mencarinya. Ketika ia telah selesai mandi dan berpakaian,
                 dengan rambut basah, ia menemui kedua gadis tersebut di ruang tamu
                 mereka, tengah memandangi potret Marx dan Lenin dan gambar palu
                 arit di dinding. Gadis itu Adinda bersama salah satu teman gadisnya
                 yang tadi pagi.
                    ”Terima kasih telah menolongku,” kata Adinda, sambil mem bung-
                 kuk kecil dan wajah tersipu-sipu malu.
                    Gadis itu sangat berbeda dengan Alamanda. Roman mukanya te-
                 nang dan tanpa dosa.
                    ”Kau berlari lebih kencang dari anjing itu,” kata Kamerad Kliwon.
                 ”Tanpa siapa pun menolong, kau bisa membunuhnya karena keca pek-
                 an.”
                    ”Ia akan menggigitku,” kata Adinda, ”sebab aku semaput sebelum
                 ia mati.”
                    Gangguan dari gadis itu untuk sementara bisa diatasinya oleh kerja-
                 kerja Partai yang menyita waktu. Ia harus memperhatikan keluhan-ke-

                                             273





        Cantik.indd   273                                                  1/19/12   2:33 PM
   275   276   277   278   279   280   281   282   283   284   285