Page 296 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 296

ia bercinta sambil memikirkan revolusi, memimpikan revolusi, mabuk
                 revolusi, makan revolusi, dan bahkan buang tai revolusi.
                    Memikirkan hal itu selalu membuatnya kembali pada nostalgia,
                 mengenang masa lalu ketika ia tak tahu bahwa ia memerlukan re volusi.
                 Masa lalu yang sesungguhnya tak jauh berbeda karena dulu dan seka-
                 rang ia masih laki-laki yang miskin itu juga, tapi dulu ia memiliki cara
                 sederhana menghadapi orang kaya: cukup mencuri apa pun di kebun
                 mereka, rayu gadis-gadisnya dan biarkan mereka yang mem bayarinya
                 makan di kedai dan nonton bioskop. Atau terima undangan pesta-pesta
                 mereka dan minum bir secara cuma-cuma, semua itu tak memerlukan
                 Partai maupun propaganda maupun Manifesto Komunis. Tapi ia telah
                 berkenalan dengan Partai dan impian tentang revolusi, dan itu mem-
                 buatnya tak lagi berpikir sesederhana itu. Dan berpikir lebih rumit se-
                 lalu membuatnya lelah. Ia bahkan lelah memandang senja yang merah
                 menyala itu karena pikirannya tak lagi mau beristirahat, membuatnya
                 tanpa sadar terperosok semakin dalam dan tertidur di kursi. Begitulah
                 ia selalu di masa-masa penantian pembakaran kapal selama enam bulan.
                    Suatu malam ia dibangunkan dalam keadaan tertidur seperti itu
                 oleh beberapa nelayan. Telah dua minggu prajurit-prajurit itu tak lagi
                 menjaga kapal-kapal penangkap ikan. Mereka rupanya merasa lelah dan
                 bosan juga dan menganggap nelayan-nelayan itu hanya omong-kosong
                 belaka dalam usaha mereka membakar kapal. Para nahkoda kapal
                 memutuskan untuk memulangkan mereka semua da ripada harus selalu
                 memberi makan, rokok dan beberapa botol bir tanpa mengerjakan apa
                 pun. Mereka dengan sembrono telah menganggap bahwa nelayan-nela-
                 yan itu sudah menyerah untuk mengganggu mereka. Prajurit-prajurit
                 itu mulai dikurangi sejak sebulan sebelumnya, dan ketika para nahkoda
                 kapal merasa yakin para nelayan tak lagi merasa peduli pada kapal-kapal
                 tersebut, dua minggu lalu mereka mulai melaut tanpa pengawalan dan
                 hanya dijaga sedikit prajurit bersenjata ketika berlabuh dan menu-
                 runkan ikan. Serikat Nelayan telah merencanakan menyerang kapal-
                 kapal itu di tengah malam pada saat bulan mati. Itulah malam ketika
                 Kamerad Kliwon dibangunkan setelah mereka bersepakat bahwa malam
                 itu adalah malam ketika mereka akan menyelesaikan per hi tungan yang
                 tertunda selama enam bulan.

                                             289





        Cantik.indd   289                                                  1/19/12   2:33 PM
   291   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301