Page 300 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 300
amerad Kliwon menenteng cangkir kopinya ke beranda dan du-
Kduk menanti koran-korannya datang sebagaimana biasa. Ia tak
tinggal lagi di gubuk markas Serikat Nelayan. Ia pindah ke markas
Par tai Komunis di ujung Jalan Belanda sehari sebelum Sang Shodan-
cho berniat membunuhnya. Waktu itu, ia, Sang Shodancho muncul
ke gubuk tersebut dan ia tak menemukan siapa pun, bahkan apa pun.
Maka ia mengamuk sejadi-jadinya menembak ke segala arah di dalam
gubuk tersebut sebelum membakarnya. Itu berakhir dengan tersung-
kurnya ia di pasir pantai dalam keadaan lelah dan menangis sebelum
orang-orang menemukannya dalam keadaan tak sadarkan diri. Kepin-
dahan Kamerad Kliwon bagaimanapun mungkin merupakan nasib
baiknya: setelah bertahun-tahun mengabdikan di ri nya pada Partai,
kini ia orang nomor satu Partai Komunis di Halimunda.
Itu tanggal 1 Oktober dan ia dibuat gelisah sebab seharusnya ko-
ran-koran itu telah datang ketika ia muncul di beranda (ia tinggal di
markas Partai). Dengan tangan yang bergetar menahan ke ti dak sabaran,
ia memunguti koran-koran hari kemarin di bawah meja dan membaca
bagian iklan sebab di luar itu ia telah membaca semuanya. Tak ada apa
pun yang menarik kecuali iklan penumbuh kumis dan bulu cambang
serta kredit untuk pembelian mobil buatan Jerman. Ia membuang
kembali koran-koran tersebut ke bawah meja dan me minum kopinya
sedikit. Ia melongok ke jalan berharap bocah pengantar koran itu akan
muncul dengan sepedanya, tapi yang datang ternyata seorang gadis. Itu
Adinda.
”Apa kabar, Kamerad?” tanya gadis itu.
”Buruk,” jawab Kamerad Kliwon. ”Koran-koranku belum datang.”
293
Cantik.indd 293 1/19/12 2:33 PM