Page 84 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 84
konyol itu, dan memilih menikmati tempat tidurnya yang baru, seperti
anak kecil memperoleh mainan. Ia memijit-mijit kasurnya, mengelus
selimutnya, berguling-guling dan bahkan melompat-lompat membuat
tempat tidur bergoyang-goyang dan teman-temannya melambung.
”Apa yang kau lakukan?” tanya salah satu dari mereka.
”Aku hanya ingin tahu apakah tempat tidur ini akan ambruk atau
tidak jika terguncang hebat,” jawabnya sambil terus melompat-lompat.
”Tak mungkin ada gempa,” kata yang lain.
”Siapa tahu,” katanya. ”Jika aku harus jatuh ke lantai saat tidur, aku
lebih suka berbaring di lantai.”
”Gadis yang aneh,” kata mereka ketika satu per satu mulai pergi ke
kamar tidur masing-masing.
Setelah semuanya pergi, Dewi Ayu berjalan ke arah jendela dan
mem bukanya. Ada terali besi yang kukuh dan ia berkata pada diri sen-
diri, ”Tak ada kemungkinan untuk melarikan diri.” Ia menutup kembali
jendela, dan naik ke atas tempat tidur, menarik selimut, tanpa berganti
pakaian. Sebelum memejamkan mata, ia berdoa, ”Brengsek, kau tahu
se perti inilah memang perang.”
Ketika pagi datang, Mama Kalong telah menyiapkan sarapan pagi:
nasi goreng dengan telor mata sapi. Semua gadis-gadis itu telah selesai
mandi, namun mereka masih mengenakan pakaian-pakaian lama me-
reka, yang sesungguhnya lebih menyerupai gombal setelah terlalu se ring
dicuci dan dijemur dan terutama terlalu sering dipakai. Mata me reka
mem perlihatkan bola mata yang tak pulas tidur, beberapa bahkan me-
nyisakan tanda-tanda menangis semalam suntuk. Hanya Dewi Ayu yang
tanpa malu-malu mengambil gaun dari lemari pemilik rumah, mengena-
kan gaun warna krem polkadot putih, berlengan pendek, de ngan ikat
ping gang bergesper bulat. Ia juga memoles wajahnya de ngan pupur,
bibirnya dengan lisptik tipis, dan sedikit bau lavender dari tubuhnya,
semuanya ia temukan dari laci meja rias. Ia tampak anggun dan ceria,
se olah ini hari ulang tahunnya, dan tampak aneh di antara kerumunan
gadis-gadis itu. Mereka memandangnya dengan tatapan penuh tuduhan,
bagaikan menangkap basah seorang pengkhianat, namun selesai sarapan
pagi, mereka berlarian ke dalam kamar dan segera berganti pakaian, me-
lem parkan pakaian lama ke dalam bak cucian, lalu saling mengagumi
satu sama lain.
77
Cantik.indd 77 1/19/12 2:33 PM