Page 80 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 80

satu per satu ke hadapan seorang pejabat, yang memeriksa jauh lebih
                 teliti dengan mata kecil yang memicing. Seleksi itu kemudian hanya
                 menyisakan dua puluh gadis, yang berdiri di tengah lapangan sambil
                 berpegangan satu sa ma lain, namun tak seorang pun berani memandang
                 wajah siapa pun. Bagaimanapun, merekalah gadis-gadis pilihan: muda,
                 cantik, tampak sehat dan kuat. Mereka disuruh untuk segera berkemas,
                 membawa semua milik mereka, dan berkumpul di kantor kamp, sebab
                 truk telah menunggu untuk membawa pergi.
                    ”Aku harus membawa Gerda,” kata Ola.
                    ”Tidak,” kata Dewi Ayu. ”Jika kita mati, paling tidak ia masih hidup.”
                    ”Atau sebaliknya?”
                    ”Atau sebaliknya.”
                    Mereka kemudian menitipkannya pada sebuah keluarga yang telah
                 dikenal Dewi Ayu sejak lama pula. Namun meskipun begitu Ola tam-
                 paknya tak mudah menerima keputusan tersebut begitu saja. Kedua
                 kakak beradik itu duduk berlama-lama di pojok aula, saling berpelukan.
                 Dewi Ayu mengemasi barang-barangnya tak tersisa, dan membantu me-
                 milah-milah mana yang akan dibawa Ola dan mana yang akan ditinggal
                 untuk Gerda.
                    ”Sudahlah, setelah dua tahun hidup membosankan, kita pergi cuma
                 sekadar untuk tamasya,” kata Dewi Ayu kemudian. ”Nanti kubawakan
                 oleh-oleh,” katanya lagi pada Gerda.
                    ”Jangan lupa buku panduan wisata,” kata Gerda.
                    ”Kau lucu, Nak,” kata Dewi Ayu.
                    Kedua puluh gadis itu berkerumun di samping gerbang, dan tampak-
                 nya hanya Dewi Ayu yang bersikap seolah itu tamasya yang menyenang-
                 kan. Gadis-gadis yang lain berdiri masih dengan ke bingungan, dan
                 ter utama ketakutan, sambil sesekali menoleh pada orang-orang yang
                 mereka tinggalkan. Mereka digiring beberapa prajurit, yang mendorong-
                 dorong dengan paksa, dan para perwira telah berjalan mendahului.
                 Ke tika mereka naik ke atas kapal feri, pintu gerbang masih terlihat
                 di jaga beberapa prajurit, dan jauh di dalam, orang-orang berkerumun
                 me mandang kepergian mereka. Ada beberapa sapu tangan melambai,
                 meng ingatkan mereka pada waktu diangkut orang-orang Jepang dari
                 rumah, kini perjalanan lain telah menunggu. Namun ketika feri mulai

                                              73





        Cantik.indd   73                                                   1/19/12   2:33 PM
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85