Page 81 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 81

bergerak, pintu gerbang mulai ditinggalkan, dan pemandangan di dalam
              lenyap. Saat itulah ledakan tangis beberapa gadis dimulai, mengalahkan
              deru mesin kapal feri dan apalagi bentakan-bentakan tentara pengawal
              yang mulai jengkel oleh kecengengan mereka.
                 Kemudian mereka dinaikkan ke atas truk yang telah menunggu di
              seberang sungai. Duduk meringkuk di pojokan kecuali Dewi Ayu yang
              berdiri bersandar pada dinding truk dan matanya memandang tamasya
              Halimunda yang sangat dikenalnya, sementara dua prajurit Jepang ber-
              senjata berjaga tak jauh darinya. Hampir semua dari gadis-gadis itu telah
              saling mengenal satu sama lain setelah hampir dua tahun bersama-sama
              di dalam tahanan, tapi mereka tampaknya tak berniat membicarakan
              apa pun, dan dibuat terheran-heran dengan sikap tenang Dewi Ayu.
              Bah kan Ola tak tahu apa yang dipikirkannya, dan menyimpulkan secara
              serampangan bahwa Dewi Ayu kenyataannya tak memiliki siapa pun
              untuk dikhawatirkan. Tak seorang pun ditinggalkannya dan tak seorang
              pun kehilangannya.
                 ”Kita akan dibawa ke mana, Tuan?” tanya Dewi Ayu pada kedua
              pra jurit itu, meskipun ia tahu truk berjalan menuju ujung lain kota,
              mung kin ke luar kota di bagian barat.
                 Mereka tampaknya telah diperintahkan untuk tak berkata apa
              pun kepada gadis-gadis itu, hingga secara acuh tak acuh mengabaikan
              per tanyaan Dewi Ayu, dan sebaliknya bicara di antara mereka sendiri
              dalam bahasa Jepang.
                 Mereka dibawa ke sebuah rumah besar, dulunya merupakan rumah
              peristirahatan sebuah keluarga Belanda dari Batavia, dengan halaman
              luas ditumbuhi banyak pepohonan, pohon beringin di tengah halaman,
              dan beberapa pohon palem berderet bergantian dengan kelapa Cina di
              dekat pagar. Ketika truk masuk ke halamannya, Dewi Ayu bisa menebak
              ada lebih dari dua puluh kamar di rumah berlantai dua tersebut. Gadis-
              gadis itu turun dan dibuat terheran-heran dengan perubahan yang tak
              terkira: dari tahanan yang kumuh dan murung, tiba-tiba berada di
              rumah besar yang nyaman dan mewah. Sesuatu yang aneh pasti terjadi
              seolah ada kesalahan perintah atau semacamnya.
                 Selain dua prajurit yang mengawal mereka, ada beberapa prajurit
              lain yang menjaga rumah tersebut. Beberapa berkeliaran di halaman

                                           74





        Cantik.indd   74                                                   1/19/12   2:33 PM
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86