Page 77 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 77

”Masih banyak di sungai,” katanya tenang, ”jika kalian mau.”
                 Ia telah diajari untuk tak pernah takut sejak kecil. Kakeknya bebe-
              rapa kali mengajaknya berburu babi bersama para jawara. Ia bahkan
              berada di samping Mr. Willie ketika lelaki itu diseruduk babi yang
              membuat pincang kakinya seumur hidup. Ia tahu ba gaimana mengha-
              dapi babi: jangan lari lurus sebab babi tak bisa berbelok. Para jawara
              telah mengajarinya hal itu, sebagaimana mereka mengajari bagaimana
              berhadapan dengan buaya, apa yang harus dilakukan jika tiba-tiba
              seekor ular pyton membelitnya, atau seekor ular berbisa menggigitnya,
              dan bagaimana menghadapi ajak liar, dan bagaimana jika lintah meng-
              isap darahnya. Ia tak pernah menghadapi kasus di mana ia diancam
              binatang-binatang tersebut, tapi pelajaran dari para jawara itu tak
              pernah lenyap dari kepalanya.
                 Mereka juga mengajarinya beberapa mantra, pengusir setan, dan
              penjaga keselamatan. Ia tak pernah mempergunakannya, tapi dibuat
              se nang mengetahuinya. Ia mengenal seorang pedagang Jawa yang da-
              tang jauh dari gunung, berjalan kaki sejauh lebih dari seratus kilometer,
              hanya untuk menjual buah-buahan dari kebunnya pada orang-orang
              Belanda. Ia menghabiskan empat hari perjalanan datang. Biasanya
              meng inap semalam di gudang, dan neneknya akan mem berinya makan
              malam, segelas kopi hangat, dan esoknya ia pulang dalam empat hari
              perjalanan lagi. Selain uang, kadang-kadang ia membawa pula beberapa
              pakaian bekas. Ia tak pernah takut meng hadapi binatang apa pun di
              hu tan. Dewi Ayu tahu mengapa, sebab ia membaca mantra.
                 Tapi ia tak juga pernah memercayainya, sebagaimana ia selalu dibuat
              bingung apa gunanya berdoa.
                 ”Berdoalah, Amerika memenangkan perang,” katanya pada Gerda.
              Kontradiksinya, ia sering menyarankan orang lain untuk berdoa semen-
              tara ia tak sungguh-sungguh melakukannya.
                 Bagaimanapun, desas-desus tentang kemenangan Amerika dan keka-
              lahan Jerman beredar dari mulut ke mulut di dalam kamp. Itu membuat
              mereka sedikit terhibur, tak peduli sesemu apa pun ha rapan tersebut.
              Kenyataannya, hari terus berganti, juga minggu dan bulan. Natal kedua
              akhirnya datang. Di luar kebiasaannya, Dewi Ayu me rayakan Natal
              tahun itu untuk menghibur Gerda. Ia mencari ranting pohon beringin

                                           70





        Cantik.indd   70                                                   1/19/12   2:33 PM
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82