Page 94 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 94

semula sebagaimana diatur si tentara Jepang, tak meresponsnya dengan
                 kehangatan percintaan apa pun, dan apalagi dengan pemberontakan
                 yang tak perlu. Ia tak me me jamkan mata, tak tersenyum, hanya mena-
                 tap langit-langit.
                    Sikap dinginnya membuahkan hasil yang mengagumkan: orang
                 Jepang itu menyetubuhinya tak lebih dari tiga menit. Dua menit dua
                 puluh tiga detik, sebagaimana ia menghitungnya dengan melirik jam
                 ban dul di sudut kamar. Si Jepang tergeletak ke samping dan segera ber-
                 diri sambil bersungut-sungut. Mengenakan pakaiannya dengan cepat,
                 dan segera pergi tanpa mengatakan apa pun lagi, ke cuali membanting
                 pintu. Saat itulah Dewi Ayu baru bergerak, bahkan tersenyum begitu
                 ma nis, menggeliatkan badan sambil berkata:
                    ”Malam yang membosankan.”
                    Ia mengenakan pakaiannya dan pergi ke kamar mandi. Di sana ia
                 menemukan gadis-gadis itu tengah mandi, seolah bisa membersihkan se-
                 mua kotoran, rasa malu, dan mungkin dosa dengan beberapa gayung air.
                 Mereka tak bicara satu sama lain. Itu bukan yang per tama malam itu,
                 sebab malam masihlah sangat senja dan beberapa orang Jepang masih
                 menunggu. Setelah mandi, mereka kembali dipaksa masuk kembali ke
                 kamar, ada pemberontakan lagi, lolongan lagi, kecuali Dewi Ayu yang
                 kembali mengulang sikap dinginnya.
                    Malam itu mereka mungkin disetubuhi empat atau lima lelaki. Itu
                 malam yang sungguh-sungguh gila. Apa yang membuat Dewi Ayu men-
                 derita bukanlah percintaan liar yang tak mengenal lelah itu, yang nyaris
                 membekukan tubuhnya dalam sikap diam yang misterius, tapi jeritan-
                 jeritan histeris serta tangisan teman-temannya. Gadis-gadis malang,
                 kata nya, menolak sesuatu yang tak bisa ditolak adalah hal yang lebih
                 me nyakitkan dari apa pun. Lalu hari baru datang.
                    Pagi itu ia punya pekerjaan tambahan. Dalam keadaan putus asa,
                 Helena mencukur rambutnya dalam potongan-potongan tak karuan,
                 dan ia harus meratakannya kembali. Di malam ketiga, teror yang lebih
                 mengerikan datang. Mereka menemukan Ola nyaris sekarat di kamar
                 mandi, setelah mencoba mengiris pergelangan tangannya. Dewi Ayu
                 se gera membawanya ke kamar tidur dalam keadaan tak sadarkan diri
                 dan basah kuyup, sementara Mama Kalong mencarikan dokter un-

                                              87





        Cantik.indd   87                                                   1/19/12   2:33 PM
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99