Page 99 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 99

piri gadis-gadis yang berkerumun di pojok ruang makan. Ia berdiri di
              hadapan mereka, membuka topinya dan membungkuk, sampai setinggi
              pinggang.
                 ”Naore!” kata Dewi Ayu.
                 Sang Jenderal kembali berdiri tegak dan untuk pertama kalinya
              mereka melihatnya tersenyum. ”Kirimi aku surat lagi jika orang-orang
              gila ini menyentuh tubuh kalian,” katanya.
                 ”Kenapa kau datang begitu terlambat, Jenderal?”
                 ”Jika aku datang terlalu cepat,” katanya, dengan suara yang berat
              yang lembut, ”aku hanya menemukan rumah kosong belum berpeng-
              huni.”
                 ”Bolehkah aku tahu namamu, Jenderal?” tanya Dewi Ayu.
                 ”Musashi.”
                 ”Jika anakku lelaki, akan kuberi nama Musashi.”
                 ”Berdoalah punya anak perempuan,” kata sang Jenderal. ”Tak pernah
              kudengar seorang perempuan memerkosa lelaki.” Ia kemudian pergi,
              masuk ke dalam truk yang menunggu di halaman depan, diiringi lambai-
              an tangan gadis-gadis itu. Seiring dengan kepergiannya, para perwira
              yang sedari tadi berdiri kikuk sambil melap keringat dingin dengan sapu
              tangan, juga segera bergegas pergi mengikutinya. Itu malam pertama tak
              seorang pun tamu datang untuk memerkosa mereka, begitu sepi, dan
              gadis-gadis itu segera merayakannya dengan sedikit pesta. Mama Kalong
              memberi mereka tiga botol anggur dan Helena menuangkannya ke dalam
              gelas-gelas kecil bagaikan pendeta pada perjamuan suci.
                 ”Untuk keselamatan Sang Jenderal,” katanya. ”Ia begitu tampan.”
                 ”Jika ia memerkosaku, aku tak akan melawan,” kata Ola.
                 ”Jika anakku perempuan,” kata Dewi Ayu. ”Namanya Alamanda,
              seperti Ola.”
                 Semuanya tiba-tiba berhenti begitu saja, tak ada lagi pelacuran dan
              tak ada lagi pelacur, juga tak ada perwira-perwira Jepang yang berda-
              tang an menjelang malam untuk membeli tubuh mereka. Satu hal yang
              membuat cemas beberapa gadis adalah bahwa mereka akan bertemu
              de ngan ibu-ibu mereka, dan mereka tak tahu bagaimana mengatakan
              apa yang telah mereka alami. Beberapa orang mencoba berdiri di depan
              cermin, melatih keberanian mereka, berkata pada bayangan mereka

                                           92





        Cantik.indd   92                                                   1/19/12   2:33 PM
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104