Page 97 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 97

”Benar kata orang, anak membawa rejekinya sendiri-sendiri!”
                 Tapi tak seorang pun berani mengambil risiko yang sama seperti
              Dewi Ayu.
                 Bahkan, setelah tiga bulan kemudian, tak seorang pun me ning gal -
              kan rutinitas pemijatan di setiap pagi, dan bergeming untuk hamil.
              Mereka harus menghadapi teror yang sama setiap malam, dan lebih
              memilih itu daripada kelak pulang ke hadapan ibu mereka dengan perut
              bunting. ”Apa yang akan kukatakan pada Gerda?” kata Ola.
                 ”Katakan saja, Gerda, oleh-olehnya ada di dalam perutku.”
                 Sebagaimana telah berlangsung sebelumnya, jika siang hari mereka
              memiliki banyak waktu luang. Gadis-gadis itu akan berkumpul sambil
              berbincang-bincang. Beberapa bermain kartu dan yang lainnya mem-
              bantu Dewi Ayu menjahit baju-baju kecil bagi anak bayinya. Bagai-
              manapun, mereka dibuat terpesona bahwa salah satu di antara mereka

              akan segera punya bayi, dan berdebar-debar menunggu kapan bayi itu
              akan lahir ke dunianya yang kejam.
                 Mereka juga kadang kembali membicarakan perang. Ada desas-
              desus bahwa tentara Sekutu akan menyerang kantong-kantong militer
              Jepang dan gadis-gadis itu mulai berharap bahwa Halimunda adalah
              salah satunya.
                 ”Kuharap semua Jepang mati terbunuh dengan usus memburai,”
              kata Helena.
                 ”Jangan terlalu keras, anakku bisa mendengarnya,” kata Dewi Ayu.
                 ”Kenapa?”
                 ”Ia anak seorang Jepang.”
                 Mereka tertawa oleh humornya yang menyakitkan.
                 Tapi harapan tentang akan datangnya tentara Sekutu sungguh-sung-
              guh membangkitkan semangat mereka. Hingga ketika seekor merpati
              pos terbang tersesat ke rumah mereka dan salah satu dari gadis-gadis
              itu menangkapnya, mereka mengirimkan pesan-pesan untuk tentara
              Sekutu dalam surat-surat pendek. Tolonglah kami, atau kami dipaksa men-
              jadi pelacur, atau dua puluh orang gadis menunggu ksatria penolong. Ide itu
              tampak konyol, dan tak bisa dibayangkan bagaimana burung merpati
              ter sebut bisa menemukan tentara Sekutu. Mereka menerbangkannya
              di suatu sore.

                                           90





        Cantik.indd   90                                                   1/19/12   2:33 PM
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102