Page 108 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 108
a yu Utami
juga berduka-kecewa bahwa jenderal kok bisa dibunuh. Dan
Jenderal Yani, meski dia berperang melawan ayahku, toh ia
mau menyelamatkan aku dan ibuku.
Selagi perasaanku mengawang mengenai Jenderal Yani,
ibuku melanjutkan baca dan berkata pada ayah, “Chat,
keponakanmu, laksmana terkena juga.”
“Terkena apa, May?” tanyaku tegang.
“Terkena kasus gestapu.”
aku merasa gawat. anehnya, ayah melirik saja. Wajahnya
sama sekali tidak prihatin. ayahku tidak genting atau sedih
bahwa salah satu saudara—ya, keponakannya—terkena Kada
gestapu. aku tak pernah melihat ayah sedingin itu menanggapi
berita tentang penderitaan orang; apalagi ini keluarga sendiri.
Reaksi ayah mengherankan aku.
Ibu melanjutkan baca. Dari surat itu tahulah aku bahwa
nenekku, yaitu ibunda ayahku, mengira bahwa ayah telah
meninggal dunia bertahun-tahun lalu. Tepatnya, ayah tewas
ketika pasukan Yani menyerbu pasukan PRRI—ya, Revolusi
berkaki kecil yang lahir bersamaan denganku. ayah mati
ditembak oleh laksmana, yang menjadi tentara pasukan Yani.
Memang ayah tidak pernah pulang ke Jawa atau Madura sedari
kepergiannya dulu. Tapi, sejak kembali dari hutan, ia selalu
mengirim surat dan uang kepada ibundanya. nenekku tidak
percaya dan menganggap bahwa surat serta uang itu kebaikan
hati menantunya saja agar ia mengira putranya masih hidup.
Surat yang kami terima ini kembali memperingatkan ayah
bahwa nenek masih mengira ia telah mati. Surat itu ditutup
dengan permintaan agar Muhamad Irsad pulang sebentar ke
kampung halamannya Madura, mumpung ibundanya masih
hidup.
102
Enrico_koreksi2.indd 102 1/24/12 3:03:54 PM