Page 134 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 134
a yu Utami
teman-teman. Tak pernah cari pacar lagi. Kerjaku hanya bela-
jar, dari pukul tujuh malam hingga empat pagi. Setelah itu aku
akan tidur hingga jam delapan untuk bangun dan sekolah lagi.
Jika aku mengantuk, aku pergi ke kamar mandi. Kuceburkan
kepalaku ke dalam bak air dan kuhirup airnya seperti bernafas
dengan hidung. Rasa nyeri tak kepalang di kepala akan
membuat aku terbangun lagi.
Aku juga mengorganisir kursus matematika dan fisika.
ada sepasang guru yang sangat piawai. Pak lim Tek an dan
istrinya. Pak lim orangnya lurus sekali. Ia tidak mau memberi
kami kursus, karena kami adalah muridnya di sekolah. aku
tak habis akal. aku pun merekrut keponakan kepala sekolah
untuk menjadi anggota kelompok. Dengan begitu, aku bisa
minta kepala sekolah untuk memerintahkan Pak lim memberi
les. Waktu itu aku sudah pindah ke SMan 1 karena, akibat
suatu periode disorientasi yang membuatku malas, aku tidak
berhasil masuk jurusan IPa di Don Bosco. aku sudah kenal
Pak lim sebetulnya, sebab ia dulu juga mengajar di Don Bosco
sebelum pindah, agaknya karena konflik dengan pengganti
Frater Servaas.
Suatu kali jadwal kursusku bentrok dengan jadwal ber-
himpun. Ketika itu hujan lebat. aku bilang pada Sang Pe-
rempuan, bahwa aku tidak bisa ikut berhimpun. Kuantar kan
motor menyeberang jembatan kayu yang melintas sungai
kecil di depan rumah kami. aku selalu mengantar motor sam-
pai lepas jembatan jika Sang Perempuan—ya, ibuku—harus
berkendara sendiri, sebab jembatan kayu itu sempit dan licin.
Ia pun berangkat berhimpun sambil cemberut. Pasti dalam
hati ia mengeluh: kaku hatiku.
Ia akan berhimpun lebih lama daripada aku kursus. Jadi,
128
Enrico_koreksi2.indd 128 1/24/12 3:03:55 PM