Page 179 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 179
Ce r i t a Ci n t a E n r i c o
kalau dia tidak sedang sibuk, untuk diajak ngobrol. namanya
a.
Suatu siang aku pernah melihatnya menggotong-gotong
sebentang kanvas sambil tersenyum lebar. lukisannya sen-
diri. Dengan cat akrilik. Katanya, ini pertama kalinya ia
melukis dengan akrilik. Biasanya dengan cat minyak. aku
punya ketertarikan laten kepada seniman. aku suka mem-
bayangkan punya pacar seorang seniman. Orang yang bekerja
di bidang seni punya nilai tinggi di mataku. Juga orang yang
suka binatang. a juga menyenangkan sebagai teman ngobrol.
aku pernah meneleponnya, mencoba mengajaknya makan
bersama. Waktu itu aku baru mendapat anjing, dan aku me-
rasa a jenis yang bisa ikut berbagi kegembiraanku. aku ingin
menamai anjing itu dengan nama es campur yang khas Dapur
Sunda, tapi aku lupa nama itu dan kukira ia tahu. Dan ia
memang tahu. Jadilah, nama anjingku Es goyobod. Setelah itu
aku mencoba mengajaknya kencan. Tapi, meskipun ia ramah
aku tahu ia tidak tertarik untuk jalan denganku. Sebetulnya,
sebagai freelancer, aku tak boleh mengatakan ia tidak tertarik.
Ia BElUM tertarik. ah, itu pun sudah dua tahun lalu aku men-
coba mendapatkan perhatiannya. Tapi, orang seperti aku
harus punya harapan. aku biasa menebar benih-benih pesona
dan tenang-tenang menunggu yang bisa dipanen pada waktu
yang cocok. aku tak pernah mengejar-ngejar perempuan.
Sejauh ini aku jarang kesepian, karena hampir selalu ada
panenan yang datang—meski tak selalu panen baik. Toh aku
tidak mengharapkan hubungan panjang. Hubungan panjang
malah menakutkan aku karena akan berubah menjadi sekadar
kewajiban. Jadi, aku suka ke Teater Utan Kayu, berharap bisa
173
Enrico_koreksi2.indd 173 1/24/12 3:03:56 PM