Page 180 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 180
a yu Utami
tak sengaja bertemu si a ini.
Kubelokkan motor besarku ke arah jalan Utan Kayu.
Dengan harapan berbinar-binar aku masuk ke gerbang kom-
pleks kesenian itu. Tapi, dasar buntung betul aku hari ini,
tempat itu gelap senyap. Entah kenapa kedainya tutup lebih
cepat. Tak ada satu orang pun nongkrong di sana, kecuali
barangkali satpam tua yang ompong dan ngantuk. Hanya ada
lampu yang menyala redup di balik pohon mangga. Kukitari
pohon yang malam itu tampak sialan untuk memutar dan
meninggalkan tempat. Kukutuki hari itu. Sudah lama aku tidak
semalang ini: tak ada panen sama sekali di hari ulang tahunku.
Dan ini adalah ulang tahun pertamaku sebagai sebatang kara.
Tanpa perempuan. Tanpa rokok. Rasa sepi menyergapku lagi.
Kekosongan yang merindu kekasih.
Hari baik itu akhirnya datang juga, secara tidak terduga
sama sekali.
Bulan pertama, ayahku meninggal. Bulan kedua, aku
ulang tahun sebagai jomblo sebatang kara. Bulan ketiga, aku
mendapat telepon yang tak akan kulupakan seumur hidupku.
aku tidak langsung mengenali suara itu, sebab suara itu
tak pernah mengalir dalam teleponku. a menghubungi aku. Ia
mendapatkan kontakku dari seorang perupa yang baru-baru
ini berkolaborasi denganku (jadi, ia tidak menyimpan nomer-
ku dulu). Telepon itu segera menunjukkan bahwa ia sesosok
makhluk yang aneh—maksudku, aneh secara menyenangkan.
aku segera tahu ia punya tujuan tertentu yang cukup isti mewa,
sebab ia membuka percakapan dengan dongeng binatang. aku
dulu juga memulai dengan bicara tentang anjing, padahal aku
memang pingin mengajaknya kencan. Kini ia bicara tentang
174
Enrico_koreksi2.indd 174 1/24/12 3:03:56 PM