Page 13 - BULETIN 1183
P. 13

Komisi IV Sidak Kawasan Hutan


               yang Dialihfungsikan Menjadi


               Perkebunan Sawit







                       omisi IV DPR RI dipimpin
                       Wakil Ketua Komisi IV DPR
                       RI Dedi Mulyadi menggelar
              K inspeksi mendadak
               (sidak) ke kawasan hutan yang
               dialihfungsikan secara illegal oleh
               masyarakat dan beberapa perusahaan
               swasta besar menjadi kebun kelapa
               sawit, di Pekanbaru, Riau, Jumat (28/1).
                 “Kami secara spesifik meninjau
               kawasan hutan yang dialihfungsikan
               secara ilegal oleh swasta menjadi
               perkebunan kelapa sawit. Diketahui
                                               Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi saat memimpin sidak ke kawasan hutan di Pekanbaru. Foto: Ayu/nvl
               totalnya sekitar 1,8 juta hektar, dan
               kebun sawit yang kami datangi kali ini   ke kas negara dari pajak kayu   lahan sawit. Belum lagi polusi akibat
               yang dikelola secara ilegal selama 25   hasil pembukaan lahan hutan yang   kebakaran hutan akibat pembukaan
               tahun oleh PT Guna Dodos seluas 884   ditebang dan dijual. Serta pajak   lahan,” tambah Dedy. Ke depan,
               hektare,” ujar Dedi.            negara dari hasil pengolahan dan   Komisi IV DPR RI akan memanggil dan
                 Dari kegiatan tersebut, lanjut   produksi sawit. “Belum lagi kerusakan   membahas temuan sidak ini kepada
               Dedi, negara jelas sangat dirugikan.   hutan dan lingkungan akibat   Gubernur Riau, Bupati dan Wali Kota
               Pendapatan yang seharusnya masuk   penebangan pohon untuk membuka   se-Riau.    ayu/sf

               Perlu Kajian Mendalam                                           luar,” jelas Mindo saat memimpin


               Terkait Klasifikasi Garam                                       Kunspek Komisi IV DPR RI ke Pabrik
                                                                               Garam PT Garam, di Segoromadu,
                                                                               Gresik, Jawa Timur, Kamis (27/01).
                                                                                  Dalam kunjungan ini, Komisi IV
                                                                               DPR RI mendapat masukan dari
                         nggota Komisi IV DPR   bisa menggunakan garam rakyat bisa.   petani dan petambak garam, bahwa
                         RI Mindo Sianipar     Sehingga dengan adanya klasifikasi itu   garam konsumsi dari nasional sudah
                         menegaskan, perlu     tidak menjadi dalih untuk impor garam.  mencukupi. Namun yang menjadi
               A pengkajian lebih dalam             “Harus dijelaskan, pabrik jenis   persoalan adalah garam impor
               mengenai klasifikasi garam konsumsi   ini untuk produksi garam industri,   yang seharusnya untuk kebutuhan
               dan garam industri, seperti untuk   kemudian garam konsumsi untuk   industri, justru rembes ke pasar
               industri penyamakan kulit dan aneka   masyarakat banyak itu mana yang bisa   konsumsi. Politisi PDI-Perjuangan
               pangan, sehingga peran petani garam   digunakan untuk pemakaian industri.   tersebut menilai, dengan harga
               dapat masuk dalam pangsa pasar   Nanti akan dilihat neraca garamnya,   relatif lebih murah dibanding garam
               industri juga tidak bergantung pada   berapa garam nasional yang mampu   konsumsi nasional, rembesan garam
               garam impor. Menurutnya garam untuk   kita produksi, berapa yang harus kita   impor industri yang seharusnya
               industri penyamakan tapi tidak harus   datangkan dari luar (impor), dan untuk   tidak terjadi itu dapat merusak harga
               kualitas garam impor industri, sehingga   kebutuhan apa kita datangkan dari   pasar.     sf



                                                                                Nomor 1183/III/I/2022  •  Januari 2022  13
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18