Page 78 - PRODUK BUKU MAHASISWA
P. 78
bicara, ini anak kok Cuma senyum melulu. Ditanya
senyum, dipegang tangannya senyum melulu, dirayu
juga senyum. Saya berpikir jangan-jangan ini anak
kalau dipakai, senyum juga. Makanya saya jadi
tergoda untuk mengajak Santi ke rumah saya,” kata
Saharalala”.
“Saharalala mengakui, Santi digarap di rumahnya
pertama kali saat tengah hari bolong. Namun ia
membantah jika dirinya dituduh menggarap Santi
dengan cara paksa. “Saya melakukan perbuatan itu
berdasarkan suka sama suka, kok,” tukas Saharalala.”
Berita yang diliput oleh media Merdeka mengisahkan
mengenai perkosaan yang dilakukan oleh tiga orang (Saharalala,
Umar, dan Arifin) terhadap seorang gadis tunawicara. Berdasarkan
dua penggalan kalimat di atas, Saharalala, pelaku perkosaan
ditempatkan posisinya sebagai subjek karena menceritakan suatu
kejadian atau peristiwa menurut pendapatnya sendiri. Hal ini
dibuktikan dengan kalimat “Tanpa sengaja, saya ketemu dia di
kolam. Eh... waktu saya ajak bicara, ini anak kok cuma senyum
melulu. Ditanya senyum, dipegang tangannya senyum melulu,
dirayu juga senyum. Saya berpikir jangan-jangan ini anak kalau
dipakai, senyum juga. Makanya saya jadi tergoda untuk mengajak
Santi ke rumah saya,” kata Saharalala”. Selain itu juga terdapat
pada kalimat “Saharalala mengakui, Santi digarap di rumahnya
pertama kali saat tengah hari bolong. Namun ia membantah jika
dirinya dituduh menggarap Santi dengan cara paksa. “Saya
melakukan perbuatan itu berdasarkan suka sama suka, kok,”
tukas Saharalala”. Sebaliknya, korban perkosaan (Santi)
diposisikan sebagai objek karena posisinya ditampilkan atau
diceritakan pihak lain (diceritakan oleh Saharalala).
B. Posisi Pembaca
Hal yang penting dan menarik dalam model yang
diperkenalkan oleh Sara Mills adalah bagaimana posisi pembaca
ditampilkan dalam teks. Sara Mills berpandangan, dalam suatu
Scientific Inquiry untuk Materi Analisis Wacana Kritis 73