Page 7 - Sinar Tani Edisi 4017
P. 7
Badan Standardisasi Instrumen Pertanian Edisi 22 - 28 November 2022 | No. 4016 Tahun LIII 7
Suplemen BSIP
Pertanian Terstandar di Lahan Rawa
ementerian Pertanian ber komitmen kuat
untuk tingkatkan indeks per tanaman
dan produksi pertanian dengan fokus
Kpada lahan rawa untuk optimalisasi
potensi mineral dan tadah hujan.
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, soroti
potensi luar biasa Indonesia pada lahan 1,5
juta hektar, termasuk rawa mineral dan tadah
hujan dengan target progresif meningkatkan
produktivitas lahan rawa dengan mengubah
Indeks Pertanaman (IP) dari 1 menjadi 2.
Menurut data dari Pusdata Daerah Rawa dan
Pasang Surut, Indonesia memiliki potensi lahan
rawa seluas 33.4 juta hektare yang terbagi menjadi
20.1 juta hektare lahan pasang surut dan 13.3 juta
hektare rawa lebak. 9.3 juta hektare di antaranya
berpotensi untuk dijadikan kawasan budidaya
pertanian dan hortikutura.
Mentan Amran berhitung: dengan
meningkatkan indeks pertanaman lahan rawa
di Sumsel dari satu menjadi dua hingga tiga kali
setahun bisa hasilkan satu juta ton gabah atau 500
ribu ton beras.
Untuk mewujudkan impian ini, diperlukan
pertanian terstandar dan penerapan praktik yang
tepat untuk optimalisasi lahan rawa sebagai aset
berharga dalam mencapai ketahanan pangan dan Gambar 1. Peta Sebaran Lahan Rawa Indonesia skala 1 : 50.000 (sumber : Balai Besar Pengujian Standar
pertanian berkelanjutan. Instrumen Sumberdaya Lahan Pertanian /BSIP SDLP, tahun 2020)
BSIP untuk Pertanian Terstandar di Lahan Rawa
Tabel 1. Luas Lahan Rawa di Indonesia (sumber : Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Sumberdaya penataan lahan, penge lolaan air, pengolahan
Lahan Pertanian /BSIP SDLP, tahun 2020) tanah, dan penggunaan pupuk hayati berbasis
kearifan lokal dari Masyarakat.
Fadjry mengingatkan, jika di tahun 2020, BSIP
memiliki teknologi budidaya yang diberi nama
Rawa Intensif, Super dan Aktual (RAISA). Teknologi
ini dapat meningkatkan hasil dan meningkatkan
indeks pertanaman dari IP 100 menjadi IP 200 atau
bahkan IP 300 dalam satu tahun.
Tak hanya itu, teknologi ini cocok dikembangkan
pada lahan dengan kandungan tinggi unsur mikro
seperti zat besi (Fe) dan natrium (Na).“Implementasi
teknologi RAISA ini sudah teruji pada lahan rawa
pasang surut di antaranya di Suma tera Selatan dan
Kalimantan Selatan,” tuturnya.
Untuk tahun 2023 ini, Fadjry mengambil langkah
strategis dalam mengelola pertanian di lahan rawa
dengan fokus pada pertanian terstandar. Tujuannya
adalah men jamin mutu dan produktivitas pangan
dari lahan rawa.
BSIP akan menerapkan standar kualitas dan
efisiensi dalam penggunaan teknologi, manajemen
air, pemilihan varietas tanaman, dan praktik per
tanian seharihari. Sistem irigasi diarahkan pada
keefisienan optimal, dan pemilihan varietas
tanaman disesuaikan dengan kondisi tanah lembab.
Selain aspek teknis, Fadjry juga berkomitmen
untuk memasti kan seluruh aktivitas pertanian
di lahan rawa mematuhi standar lingkungan.
Ini mencakup manajemen limbah, pelestarian
keanekaragaman hayati, dan penerapan praktik
adan Standardisasi Instru men Pertanian pendekatan holistik dalam pertanian lahan konservasi tanah.
(BSIP) sebagai komandan stan rawa, menggabungkan prinsipprinsip pertanian “Dengan melibatkan BSIP, per tanian di
dardisasi instrumen pertanian tentunya berkelanjutan, inovasi teknologi, dan pemahaman lahan rawa dapat diarahkan ke arah yang lebih
Bbertugas untuk memper siapkan dan mendalam tentang kondisi setempat. berkelanjutan, efisien, dan produktif. Standar
menyediakan aspek aspek praktik pertanian BSIP, sebelumnya Badan Litbang Pertanian tersebut membantu membangun fondasi untuk
terstandar di lahan rawa. (Balitbangtan), telah berhasil mengintegrasikan pertanian yang terintegrasi dan berdaya saing di
Fadjry Djufry, Kepala BSIP, menyoroti perlunya tekno logi untuk mengelola lahan rawa, termasuk lingkungan rawa,” ungkapnya.