Page 10 - E-MODUL_PENDIDIKAN INKLUSI
P. 10
tinggal.” Pasal 24 konvensi mengharuskan negara untuk memastikan sistem
pendidikan inklusif di semua tingkatan bagi penyandang disabilitas serta
kesempatan untuk belajar sepanjang hayat. Pasal 24 juga menetapkan bahwa
siswa penyandang disabilitas tidak boleh dikecualikan dari pendidikan umum,
bahwa akomodasi yang wajar dan dukungan individual harus disediakan bagi
mereka, dan bahwa penyandang disabilitas harus memiliki akses ke
pendidikan tinggi, pelatihan kejuruan, dan pendidikan orang dewasa atas
dasar kesetaraan dengan siswa non-disabilitas.
C. Apa itu Pendidikan Inklusif?
Istilah pendidikan inklusif, yang digunakan di seluruh buku teks ini,
menganggap pemahaman tentang inklusi sebagai pendekatan pendidikan
untuk semua anak. Inti dari pendidikan inklusif adalah hak asasi manusia atas
pendidikan. Berbagai dokumen internasional menetapkan prinsip-prinsip
inklusi untuk memandu negara-negara menuju upaya mereka untuk
memperkenalkan pendekatan berbasis hak untuk pendidikan. Menurut
UNICEF, sistem pendidikan inklusif jika “mencakup semua siswa, dan
menyambut serta mendukung mereka untuk belajar. Tidak seorang pun harus
dikecualikan. Setiap anak berhak atas pendidikan inklusif, termasuk anak
penyandang disabilitas” (UNICEF, 2017).
Pernyataan ini sangat sejalan dengan Komentar Umum UNCRPD n.4
tentang pendidikan inklusif sebagai “hak asasi manusia yang mendasar bagi
semua peserta didik” dan “prinsip yang menghargai kesejahteraan semua
siswa, menghormati martabat dan otonomi yang melekat pada mereka, dan
mengakui kebutuhan individu dan kemampuan mereka untuk secara efektif
berkontribusi pada masyarakat” (PBB, 2006). UNESCO memandang inklusi
sebagai "pendekatan dinamis untuk menanggapi secara positif keragaman
murid dan melihat perbedaan individu bukan sebagai masalah, tetapi sebagai
peluang untuk memperkaya pembelajaran" (UNESCO, 2005).
Penting untuk mempertimbangkan inklusi sebagai proses berkelanjutan
reformasi sistemik yang membayangkan perubahan dalam pengajaran dan
kurikulum, gedung sekolah, ruang kelas, area bermain, transportasi, kebijakan
dan strategi dalam pendidikan dengan visi untuk menyediakan semua siswa
dari relevansi rentang usia yang menguntungkan dengan pengalaman belajar
yang adil dan partisipatif serta lingkungan yang paling sesuai dengan
kebutuhan dan preferensi mereka. Oleh karena itu, gerakan menuju inklusi
bukan sekadar perubahan teknis atau organisasional, tetapi juga gerakan
dengan filosofi yang jelas. Agar inklusi dapat diterapkan secara efektif,
negara-negara perlu mendefinisikan seperangkat prinsip inklusif bersama
dengan ide-ide praktis untuk memandu transisi menuju kebijakan yang
menangani inklusi dalam pendidikan (UNESCO, 2005).
Menyadari bahwa pendidikan inklusi adalah konsep yang lebih luas yang
berlaku untuk semua kelompok anak, maka modul ini fokus pada anak-anak
penyandang keterbatasan sebagai salah satu kelompok utama karena
hambatan sosial, budaya, dan sikap yang berlaku. Selain itu, di seluruh
7