Page 23 - E-MODUL_Pendidikan Matematika di Kelas Rendah
P. 23
c) Menyatakan ciri, sifat atau keadaan benda sebagai hasil pengamatan
dan pengukuran antara lain diperoleh ukuran panjang, tinggi,
kecepatan, jarak, temperatur dan kekuatan.
b. Pemahaman Konsep Membilang
Kegiatan membilang sejak jaman dahulu kala manusia melakukannya.
Misalnya, para petani melakukan perhitungan untuk mencari hari baik
dalam menanam bibit pertanian, para cendikiawan mengembangkan
kalender, para pedagang membuat sistem pengukuran, para teknisi
menemukan dan menggunakan mesin, para nelayan membuat perahu, dan
kegiatan lainnya yang mengarah pada sistem numerasi walaupun masih
sederhana.
Contoh, adanya coretan pada dinding gua serta tumpukkan kayu atau batu
yang ditempatkan secara khusus, merupakan petunjuk bahwa masyarakat
jaman batu sudah dapat membilang (menghitung, mencacah) banyaknya
sekumpulan benda. Cara membilang yang digunakan dengan tallies
(coretan), yaitu dengan memasangkan 1-1 antara masing-masing benda
dengan satu coretan. Jadi secara tidak langsung mereka mengetahui
konsep bilangan melalui ide satuan (oneness), duaan (twoness), tigaan,
empatan, limaan, sepuluhan, dan sebagainya. Jadi, pada dasarnya
pekerjaan membilang adalah pekerjaan membandingkan. Cara yang
dipakai untuk membandingkan adalah mengkorespondensikan
(memasangkan) benda, unsur, atau elemen suatu himpunan.
3. Nilai Tempat
Untuk menyebut hasil membilang diperlukan bilangan, dan untuk
menyatakan bilangan perlu lambang. Tentu saja kurang praktis dan mempersulit
pekerjaan jika setiap dua bilangan yang berbeda mempunyai lambang atau
susunan lambang yang sama sekali berbeda. Bisa dibayangkan bagaimana
sulitnya kita mengingat jika bilangan-bilangan dari satu sampai seribu masing-
masing menggunakan lambang yang sama sekali berbeda satu dengan yang
lain. Ini berarti bahwa orang perlu menciptakan lambang-lambang bilangan yang
terbatas, dan membuat peraturan yang sistematis serta taat asas untuk
menyusun lambang bilangan yang manapun, sehingga terbentuk sistem
numerasi. Dalam uraian tentang sejarah, konsep, dan lambang bilangan telah
dibahas berbagai sistem numerasi yang pernah ada dan tercatat dalam sejarah.
Suatu sistem numerasi disebut sistem tempat jika nilai dari lambang-lambang
yang digunakan menerapkan aturan tempat, sehingga lambang yang sama
mempunyai nilai yang tidak sama karena tempatnya (posisinya) berbeda. Karena
adanya kaitan antara nilai dan tempat, maka sistem tempat lebih dikenal dengan
sistem nilai tempat. Sistem nilai tempat yang pernah dikenal adalah sistem Mesir
Kuno, sistem Yunani Kuno, sistem Cina, sistem Maya, dan sistem Hindu-Arab.
Berkaitan dengan materi matematika, sistem nilai tempat yang digunakan adalah
sistem Hindu-Arab. Sistem ini memiliki sepuluh lambang dasar (pokok) yang
disebut angka (digit), yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9. Pemilihan sepuluh angka
dipengaruhi oleh banyaknya seluruh jari-jari tangan (kaki) yaitu sepuluh,
sehingga sistem ini lebih dikenal dengan sebutan sistem desimal (Latin: decem
= 10).
19