Page 8 - e-modul bab 11 PAI
P. 8

tidak  disebutkan  secara  eksplisit  dalam  al-Qur‟an  dan  hadis
                      shahih,  seperti  Tahlilan  (kumpulan  bacaan  dzikir  dan  ayat  yang
                      dihadiahkan  untuk  orang  yang  sudah  meninggal),  Istighatsah
                      (kumpulan  bacaan  dzikir  dan  ayat  untuk  menolak  musibah),
                      Diba’an  (kumpulan  kisah  dan  syair  Arab  yang  berisi  biografi

                      Rasulullah SAW dan pujian untuknya), Manaqib (kumpulan kisah
                      dan syair yang berisi biografi orang-orang shalih) dan lain-lain.
                   2.  Mengikuti  hasil  ijtihad  imam-imam  mazhab  empat,  terutama
                      mazhab Syafi‟i  dan  para  pengikutnya,  seperti  tarawih  20  rakaat,
                      qunut shubuh dan witir pada separo kedua Ramadhan, adzan dua
                      kali menjelang khutbah Jum‟at, menambahkan sayyidina sebelum
                      nama  Muhammad,  serta  menggunakan  metode  ru’yatul  hilal
                      (melihat bulan sabit langsung) untuk menentukan awal dan akhir
                      Ramadhan.
                   3.  Di  samping  menggunakan  al-Qur‟an  dan  hadis  Nabi,  NU  juga

                      menjadikan  pendapat  sahabat,  tabiin  dan  para  ulama,  sebagai
                      rujukan  penting  dalam  berakidah  dan  beribadah.  Pendapat
                      mereka  terkumpul  dalam  kitab  klasik  yang  diberi  nama  kitab
                      kuning.  Kitab  kuning  ini  menjadi  rujukan  wajib  di  pesantren-
                      pesantren tradisional milik NU.
                   4.  Meyakini  adanya  berkah  yang  bisa  diambil  dari  orang-orang
                      shalih,  baik  yang  masih  hidup  maupun  sudah  meninggal.  Oleh

                      karena  itu,  aktifitas  ziarah  kubur  para  nabi,  ulama  dan  wali
                      menjadi pelengkap tradisi ibadah warga NU.
                   5.  Pesantren  tradisional  beserta  pengasuh  (kyai)nya  dijadikan
                      sebagai  lembaga  dan  rujukan  penting  untuk  mengatasi  segala
                      problematika kehidupan agama dan sosial, sekaligus menjadi basis
                      penyebaran ajaran NU.
                          NU  banyak  berjasa  menampilkan  Islam  yang  toleran  di
                   Indonesia.  Meski  begitu,  sejumlah  kritik  dilontarkan  terhadap
                   organisasi dan gerakan NU. Kritik-kritik tersebut di antaranya:
                   1.  Secara umum, pengembangan manajemen pendidikan formal yang

                      profesional kurang mendapatkan perhatian;
                   2.  Kurang  ada  keseimbangan  antara  kegiatan  ritual  keagamaan
                      dengan pemberdayaan sosial ekonomi;
                   3.  Kreativitas  berpikir  kritis  dalam  pemahaman  agama  kurang
                      mendapat porsi memadai;
                   4.  Pola  interaksi  kyai  dan  santri  cenderung  feodalistik  (kultus
                      individu pada kyai)

                   5.  Nilai  etos  kerja,  kedisiplinan,  dan  profesionalitas  sering  ter-
                      abaikan.


                                                           7
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13