Page 186 - BAHAN AJAR MSDM PERUSAHAN By Jandry P. Z. Ratu Kadja, SE.,M.Si
P. 186
Wawasan Penelitian
Tiga peneliti telah mengembangkan BARS untuk klerk pengecekan
barang-barang grosir. Mereka telah mengumpulkan kejadian kritis, kemu-
dian mengelompokkannya ke dalam delapan dimensi kinerja:
Pengetahuan dan penilaian
Kehati-hatian
Keterampilan dalam Hubungan Antar Manusia
Keterampilan dalam Pelaksanaan Pendaftaran
Keterampilan dalam Pengepakan
Kemampuan Mengorganisasikan Pekerjaan pemeriksaan
Keterampilan dalam Transaksi Keuangan
Kemampuan Mengamati
Kemudian mereka mengembangkan skala peringkat standar per- ilaku
(sama dengan yang ada dalam Gambar 6.9) untuk setiap dimensi. Se- tiap
dimensi mengandung sebuah skala (dengan jangkauan dari 1 sampai
9) untuk menilai kinerja dari “sangat buruk” sampai “sangat baik”. Kemu-
dian kejadian kritis yang khusus (misalnya “dengan mengetahui harga dari
setiap barang, pengecek ini diharapkan akan mengetahui kesalahan
penandaan barang atau barang yang tidak dkitandai”) membantu mem- buat
standar atau menjelaskan apa yang dimaksud dengan kinerja “sangat baik”
(9). Sama juga, mereka menggunakan beberapa standar kejadian kri- tis
lainnya sepanjang skala kinerja dari (8) sampai (1).
Keuntungan, meskipun BARS lebih menyita waktu daripada alat pe-
nilaian lainnya, BARS juga memiliki beberapa keuntungan.
1. Ukuran yang lebih akurat. Orang-orang yang mengembangkan BARS
adalah adalah mereka yang tahu dan melakukan pekerjaan serta pers-
yaratannya dengan lebih baik dari orang lain. Hal ini seharusnya meng-
hasilkan kinerja pekerjaan dengan akurasi yang baik.
2. Standar yang lebih jelas. Kejadian kritis di sepanjang skala menjelaskan
apa yang harus dicari berkaitan dengan kinerja superior, kinerja ra- ta-
rata, dan seterusnya.
3. Umpan balik. Kejadian kritis memudahkan untuk menjelaskan pering- kat
pada yang dinilai.
4.Dimensi independen. Pengelompokan secara sistematis kejadian kritis
ke dalam lima atau enam dimensi kinerja (seperti”keterampilan men-
178