Page 170 - PDF Compressor
P. 170
berguna bagi masyarakat, yang satu lagi menawarkan keindahan tekstual
bagi pembacanya. Jika keduanya dikawinkan jadilah jurnalisme sastra,
karya sastra yang magandung unsur fakta.
Jurnalistik merupakan kegiatan dalam proses pengelolaan, dan
cara penyampaian laporan (berita) mulai dari tahap peliputan,
pengumpulan bahan berita, dan penulisan berita yang termuat dalam
9
media massa. Sementara itu, Sapardi Djoko Damono (dalam
10
Pujiono,2012) mengungkapkan definisi sastra adalah segala jenis
karangan yang berisi dunia khayalan manusia, yang tidak bisa begitu saja
dihubung-hubungkan dengan kenyataan.
Damono menyebut, novel Burung Burung Manyar karya J.B
Magunwijaya, dan Surapati karya N. St. Iskandar sebagai karya sastra
yang banyak menggunakan peristiwa, tokoh sejarah, sebagai bahan
utamanya. Selain novel itu, Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer
juga menyajikan catatan-catatan sejarah dan hasil imajinasinya. Seno
Gumira Ajidarma pernah merilis 12 cerita pendeknya dalam sebuah buku
kumpulan cerpen berjudul Saksi Mata, di dalamnya secara tersirat
mengisahkan pembantaian warga sipil oleh tentara Indonesia di Santa
Cruz, Dili, Timor Timor (sekarang Timor Leste). Kemudian novel-novel
lainnya yang banyak mengangkat kisah nyata sebagai sumber inspirasi.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa karya sastra yang
mengandung unsur fakta bukanlah suatu yang asing. Di lain pihak,
produk jurnalistik yang mengandung unsur sastra sebagai
pemercantiknya juga bukan hal baru. Di Indonesia dapat dengan mudah
ditemukan dalam majalah berita mingguan Tempo. Bahkan, di Indonesia,
gaya penyajian sastra dalam penulisan jurnalistik dipelopori majalah
Tempo sejak tahun 1970-an.
Sekitar tahun 1984, para jurnalis sastra memperkuat karakteristik
jurnalisme sastra yang dikembangkan Tom Wolfe. Para jurnalis sastra
memasukkan reportase immersion, akurasi, suara, struktur, tanggung
jawab, dan representasi simbolik. Para penulis menambahkan daftar
keterlibatan pribadi dan kreativitas artistik pada materi mereka. Sejumlah
elemen lain juga ditemukan yakni: proses pencarian akses, simbolisme
fakta, strategi-strategi riset, dan teknik-teknik yang juga dimiliki oleh fiksi
dan etnografi.
Jurnalisme Sastra bukan sekedar penulisan laporan faktual
dengan bahasa puitis atau estetis. Lebih dari itu, Jurnalisme Sastra
merupakan ruang di mana segenap dimensi estetik sastra menyusup ke
168