Page 174 - PDF Compressor
P. 174
sastra harus diengkapi juga dengan foto, gambar, bahkan video sebagai
bukti kefaktaannya selain jawaban dasar rumus 5W+1H tetap ada.
Ibu ikan berlarian ke sana ke mari. Sambil bercucuran air mata, ia
berteriak-teriak memanggil anak semata wayangnya. Ia pun terkesiak
ketika terlihat bapak ikan, suaminya terhimpit puing-puing kapal jatuh
dan beberapa tetangganya pun bernasib sama. Mereka menggelepar
kesakitan, bahkan di antara mereka pun ada yang sudah tewas bardarah-
darah. Jatuhnya peswat terbang x pada awal Februari 2015 lalu ke
daerah pesawahan penduduk, ternyata tidak hanya menewaskan
sejumlah penumpang dan petani di sawah, tetapi juga ratusan ekor iklan
karena sebagian puing-uing kapal menimpa kolam.
Contoh di atas ingin menunjukkan fakta bahwa dalam musibah
kecelakaan jatuhnya pesawat terbang pada Februari lalu (berdasarkan
fakta) ada sebagian puing kapal jatuh ke kolam dan ratusan ikan mati.
Penulis menceritakan ikan dengan gaya bahasa personipikasi, sehingga
tampak hidup. Boleh juga ditambahkan ilustrasi foto atau gambar puing-
puing kapal yang jatuh ke kolam dan banyak ikan yang mati untuk
menguatkan bahwa peristiwa itu nyata.
Para ilmuwan, penulis, bahkan pengamat jurnalisme sastra
banyak memberikan rujukan tentang teknik menulis jurnalisme sastra,
yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama pelaporan peristiwa. Laporan jurnalistik harus disusun
menggunakan teknik bercerita adegan demi adegan, atau suasana demi
suasana atau peristiwa demi peristiwa. Teknik pengisahan suasana demi
suasana, membuat pembaca larut dalam kejadian yang tengah dilaporkan
wartawan. Untuk melaporkan suatu berita secara lengkap, wartawan
harus bekerja lebih dari sekedar melaporkan fakta-fakta dan
menyusunnya secara kronologis. Mereka harus melakukan pengamatan
melebihi reporter biasa, sehingga memerlukan waktu yang cukup
panjang dan konsentrasi yang ekstra.
Kedua pelaporan dialog. Setiap orang pasti akan ‚berkata‛ atau
‚menyampaikan sesuatu‛, dan apa yang dikatakannya bisa bernilai
‚berita‛. Dengan teknik ‚dialog‛ ini, jurnalis sastra mencoba menjelaskan
peristiwa yang hendak dilaporkannya. Bagaimana yang terjadi, itu yang
disampaikan. Melalui percakapan pula, disiratkan karakter para pelaku
yang terlibat, sekaligus diterangkan mengapa suatu peristiwa terjadi.
Melalui dialog, jurnalis mencoba memancing rasa keingintahuan
pembaca.
172