Page 41 - PDF Compressor
P. 41

dengan pemimpin redaksinya Samsudin Sutan Makmur dan Rinto Alwi.
                     Koran tersebut menampilkan ‚Pojok‛ dengan ‚Bang Golok‛. Surat kabar
                     lainnya  yang  terbit  di  masa  kemerdekaan  antara  lain,  Soeara  Indonesia
                     pimpinan  Manai  Sophian  (Makassar),  Pedoman  Harian  yang  berubah
                     namanya  menjadi  Soeara  Merdeka  (Bandung),  Kedaulatan  Rakjat
                     (Bukittinggi), Demokrasi (Padang), (Soebagijo, 1977: 49-66).
                            Pada masa orde baru, surat kabar yang tadinya dipaksakan untuk
                     berafiliasi, kembali mendapatkan kepribadiannya, Kedaulatan Rakjat  yang

                     pada  zaman  orde  lama  ganti  Dwikora,  kembali  kepada  nama  semula.
                     Demikian  pula  dengan  Pikiran  Rakjat  di  Bandung.  Lingkungan  kampus
                     tidak  ketinggalan  menerbitkan  harian  Kami.  Pertumbuhan  pers  yang
                     marak di satu pihak cukup menggembirakan, tetapi di lain pihak perlu
                     diwaspadai.
                            Jatuhnya  Presiden  Soeharto  pada  21  Mei  1998  silam  membawa
                     aura baru di dunia pers. Berakhirnya orde baru mengalirkan kebebasan

                     berekspresi melalui media atau kebebasan pers.

                            Krisis  ekonomi  di  Asia  pada  tahun  1997  bertindak  sebagai
                     katalisator bag berakhirnya kekuasaan politik Orde Baru. Berbulan-bulan
                     presiden  harus  menghadapi  protes,  terutama  berakar  dari  kalangan
                     mahasiswa,  yang  puncaknya  terjadi  di  Jakarta  yang  dikenal  dengan

                     peristiwa  berdarah  terhadap  kaum  minoritas  keturunan  Cina  yang
                     selama  ini  dianggap  mendapat  keistimewaan.  Selain  lengsernya  rezim
                     Orde  Baru,  para  demonstran  menuntut  pelaksanaan  demokrasi,  seperti
                     kebebasan pers dan kebebasan serikat pekerja.

                            Setelah kerusuhan Mei 1998, akhirnya Presiden Suharto mundur
                     dari  jabatannya.  Sampai  Pemilu  1999  Indonesia  dipimpin  oleh  B.J.

                     Habibie,  yang  sebelumnya  menjabat  wakil  presiden.  Saat  itulah
                     pemberian  SIUPP  mulai  lebih  mudah.  Bahkan,  tahun  1999  dikeluarkan
                     Undang-Undang  No.  40  Tahun  1999  yang  mengakhiri  kewajiban
                     memiliki  SIUPP  dan  setahun  kemudian,  pada  masa  Pemerintahan
                     Presiden KH. Abdurahman Wahid Departemen Penerangan dibubarkan.


                            Namun  sayang,  pada  masa  reformasi  itu,  nasib  media  massa
                     nasional pun tidak beranjak lebih baik. Kendati telah diadakan perubahan
                     peraturan  dengan  dikeluarkannya  Undang-Undang  No.  40  tahun  1999.
                                                        39
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46