Page 42 - PDF Compressor
P. 42

Bahkan,  dapat  diindikasikan  kondisi  media  massa  nasional  di  era
                     reformasi lebih  buruk.  Krisis multidimensional  yang mendera  Republik
                     ini  sangat  berpengaruh  besar  pada  nasib  media  massa  nasional.  Krisis
                     yang  terjadi  di  Indonesia  sejak  lebih  kurang  tahun  1997-an,  juga  ikut
                     mencabik-cabik  kondisi  media  massa  nasional.  Kendati  krisis  yang
                     menimpa  media  massa  nasional  ini  nampaknya  dimulai  dari  secercah
                     harapan  kebebasan,  tetapi  realitas  membuktikan  kondisi  media  massa
                     nasional masa ini malah semakin memburuk.


                            Kebijakan-kebijakan  pemerintah  yang  nampaknya  banyak
                     berpihak pada upaya pembebasan pers dari belenggu kekuasaan, seperti,
                     pembebasan  SIUPP,  pembebasan  organisasi  kewartawanan,  dan  lain
                     sebagainya,  tampaknya  berujung  pada  ikut  terseretnya  media  massa
                     nasional  pada  berbagai  krisis.  Krisis  pers  nasional  masa  kini  tak  jauh
                     berbeda  dari  krisis  yang  mendera  bangsa  dan  negara  ini.  Semua  krisis

                     tersebut bermuara pada krisis kepercayaan dan krisis akhlak (moral).

                            Berbagai  kebijakan  pembebasan  yang  diberikan  pemerintah
                     dimanipestasikan  oleh  sebagian  insan  pers  dalam  frame  pesta  pora.
                     Kearifan  dan  kedewasaan  insan  pers  nasional  yang  diharapkan
                     pemerintah dan masyarakat dalam menyikapi kebijakan kebebasan tidak

                     menjelma.  Sebagian  insan  pers  yang  didorong  dengan  lahirnya  insan
                     pers-insan  pers  ‚karbitan‛,  telah  bersikap  kekanak-kanakan.  Mereka
                     menyikapi  kebebasan  dengan  euporia  kebablasan.  Inilah  yang
                     mengakibatkan menaiknya kuantitas perusahaan media massa di Tanah
                     Air tidak diimbangi dengan kenaikan kualitas insan pers.

                            Merekalah  yang  tidak  menyadari  bahwa  dunia  media  massa

                     bukan  sekedar  perhitungan  untung  rugi.  Siapapun  yang  menjadi  insan
                     pers tidak dapat hanya beracuan pada frame demi keuntungan finansial.
                     Namun,  dunia  pers  adalah  dunia  yang  penuh  dengan  idealisme.  Pers
                     tanpa  idealisme,  dalam  arti  kata  hanya  mengejar  keuntungan  finansial,
                     tidak  bedanya  dengan  perusahaan  rokok  kretek,  perusahaan  teh  botol,
                     perusahaan  gula-gula,  dan  sejenisnya.  Perusahaan  semacam  itu  tidak

                     berhak menamakan dirinya pers.




                                                        40
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47