Page 100 - PDF Compressor
P. 100

harus merupakan pelopor dalam menegakkan disiplin nasional, maka
               hal itu mencerminkan adanya tanggung jawab moral dan tanggung jawab
               formal aparatur negara yang tugasnya memang untuk melayani bangsa
               dan masyarakatnya. Kepeloporan di sini berarti bahwa aparatur negara
               harus menjadi kekuatan pendorong yang memberi teladan yang baik,
               dengan menegakkan disiplin dalam dirinya sendiri dan dalam pelayanan
               terhadap masyarakat. Dengan demikian, aparatur negara sekaligus me-
               mainkan peranan yang aktif dalam mewujudkan pemerintahan yang
               bersih dan berwibawa. Dalam rangka semua itu telah diambil langkah
               awal untuk membudayakan dan melaksanakan pengawasan melekat yang
               kini sedang giat-giat nya dilancarkan di kalangan aparatur negara. (Dikutip
               dari “ Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia. Soeharto, tanggal
               16 Agustus 1988”, yang dimuat dalam surat kabar jawa pos terbitan 16
               Agustus 1988).

                Selanjutnya ialah contoh ragam lisan yang dituliskan, yang secara
            umum terdapat dalam karya sastra seperti cerpen dan novel.

                  “Apa kabar, wi?” sapa kamu tenang.
                  Dengan susah payah kutelan ludahku sebelum berkata terbata-bata,”Ba…
               baik, La.”
                  Dari rumah?”
                  “I….iya, La.”
                  “Mari masuk,” kata kamu seraya menepi kan diri ke daun pintu.
                  “Terima kasih, La,”anggukku seraya melangkah dengan canggung.
                  “Kok, sendirian?” tanya kamu setelah kita duduk. “mana pacarmu?”
                  Uh, La. Jangan tanyakan itu, La. Dia bukan pacarku. Pacarku adalah
               kamu!. Maafkan aku. Terimalah aku kembali sebagai kekasihmu. Aku butuh
               kamu, La. Aku berjanji nggak akan mengecewakan kamu lagi. Aku janji
               nggak akan menyakiti hatimu lagi. Pokoknya aku janji nggak akan macam-
               macam lagi.
                  Mungkin karena aku diam terlalu lama, maka kamu berdiri.
                  “ aku buatkan minum dulu. O,iya, kamu mau minum apa? Teh? Kopi?
               Sirup? Atau….”.
                  “Nggak usah, La”
                  Kamu duduk lagi sambil menghela napas. Lalu menunduk.
                  “La,a…aku datang kemari, mau…mau…”
                  Kamu mengangkat kepala.
                  “Mau meminta maaf atas perlakukanku  yang lalu itu, La”
                  Kamu kembali menghela napas. “ Aku sudah memaafkan nya.”
                  “Aku menyesal, La.”





              90    DASAR-DASAR MENULIS
                    dengan Penerapannya
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105