Page 101 - PDF Compressor
P. 101
“Syukurlah,”kata kamu datar.
“Aku berharap… aku harap kamu bisa… bisa menerima aku lagi, La.”
“ Tak mungkin, Wi.”
Aku terhenyak.”Ke…kenapa, La?’
Aku sudah memperoleh penggantimu.”
(dikutip dari cerpen” duh, Gusti”karya Dian Imansyah dalam Anita
Cemerlang edisi Juli 1988)
Istilah ragam tulis dan ragam lisan didasarkan pada perwujudan
bahasa yang dipakai. Dari segi kebakuannya, ada ragam baku dan
ragam tidak baku. Ragam baku merupakan ragam yang telah dikenal
dan diakui oleh sebagian besar pemakai bahasa serta senantiasa
dapat dipertanggungjawabkan kemantapan kaidah yang digunakan.
Ragam tidak baku berarti pemakaian bahasa yang tidak sepenuhnya
dapat dipertanggungjawabkan terhadap kaidah yang berlaku.
Ragam baku meliputi ragam baku tulis dan ragam baku lisan.
Ragam baku tulis seperti pada buku-buku ilmu pengetahuan (walau-
pun kadang-kadang terdapat pemakaian unsur bahasa yang tidak
baku). Ragam baku lisan agak sulit diterapkan. Ciri ragam baku
lisan ialah tidak adanya atau sedikit sekali pengaruh bahasa daerah
pada saat seseorang menggunakan bahasa Indonesia.
Ragam bahasa yang muncul karena pergaulan sehari-hari, ada
yang disebut ragam sosial. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan
masyarakat, juga dengan bahasa dalam lingkungan kerja. Ragam
yang patut kita perhatikan, khususnya bagi yang terjun dalam dunia
tulis-menulis, ialah ragam profesional yang muncul dalam hubungan-
nya dengan profesi, pekerjaan, serta dalam keilmuan dan teknologi,
kebudayaan, keagamaan, kedokteran, hukum politik, ekonomi,
kemiliteran dan sebagainya.
Dari ragam-ragam profesional itu melahirkan berbagai istilah
bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa hukum, bahasa
kedokteran, bahasa ekonomi, bahasa jurnalistik dan sebagainya.
Ragam demikian berkembang cukup pesat, terbukti dengan adanya
kamus-kamus khusus seperti kamus politik, kamus ekonomi dan
kamus hukum.
Untuk memperjelas pembicaraan tentang ragam bahasa,
khususnya yang berhubungan dengan ragam profesional, maka
berikut ini dikembangkan beberapa contoh.
BAB 5 91
Bahasa dalam Karangan