Page 62 - PDF Compressor
P. 62
berbeda. Untuk melukiskan keindahan alam, kata-kata atau ung-
kapannya pun semakin bervariasi, tidak dari itu ke itu saja. Rupa
kemajuan pola berpikir dan cara memandang alam sekitar mewujud-
kan bentuk ekspresi baru dalam bahasa tulis. Seakan-akan para
penulis sekarang bersepakat untuk mengubur kata-kata atau ung-
kapan lama; untuk menggantikannya dengan yang baru, yang sesuai
dengan kemajuan bahasa saat ini, dan yang sesuai dengan pandangan
dan gaya hidup manusia sekarang. Jadi, suatu kata dapat saja sangat
terkenal pada suatu masa dan tempat tertentu, tetapi berangsur-
angsur dapat menjadi kurang dikenal (berarti juga kurang dipakai)
dan akhirnya menjadi usang atau mati. Dari situ terdapat istilah
atau kata-kata yang tidak lazim atau tidak patut lagi untuk dipakai
dalam bertutur, baik untuk keperluan lisan maupun tulisan.
Seperti yang dikemukakan di atas kelaziman suatu kata tergan-
tung pada masa dan tempat. Ada sejumlah kata atau ungkapan yang
bila dipakai di Indonesia akan terasa asing, meskipun pada mulanya
digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia. Contoh itu ialah dari
bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia, yaitu pemakaian kata-
kata seperti: penuang (pelindung), memperkatakan (membahas atau
membicarakan), daripada (dari), dijemput (diundang), yang berhormat
(yang terhormat, yang dihormati), palang gol (tiang gawang). Puluhan
tahun yang lalu kata-kata itu masih dipakai di Indonesia, tetapi
sekarang sudah tidak dipakai lagi, meskipun ada yang tetap digunakan
untuk maksud atau makna yang berbeda. Tampak bahwa faktor
tempat turut memengaruhi pemakaian suatu kata atau istilah.
Kata-kata yang tidak lazim sedapat mungkin akan dihindarkan
oleh setiap penulis, jika ia berkeinginan agar pembaca tidak menga-
lami kesulitan dalam mencerna isi karangan secara keseluruhan.
Namun demikian, masih ada kemungkinan untuk memakai suatu
kata yang tergolong belum lazim (berbeda dengan tidak lazim) ke
dalam tulisannya.
Akhir-akhir ini kita telah mengenal kata-kata seperti: pakar
(ahli), mantan (bekas, eks), pemerhati (orang-orang yang memerhati-
kan), sarasehan (pembicaraan, diskusi). Kata-kata itu belum mempu-
nyai kelaziman, tetapi mengarah menjadi lazim. Karena itu, setiap
penulis berkesempatan untuk memasukkan kata-kata itu ke dalam
karangannya. Dari situ akan terlihat keadaan pemakai bahasa atau
masyarakat untuk menerimanya. Semakin banyak yang mengguna-
kannya, semakin besar pula kata-kata itu untuk disebut telah mempu-
52 DASAR-DASAR MENULIS
dengan Penerapannya