Page 65 - PDF Compressor
P. 65

Suatu kata dapat menimbulkan efek atau kesan negatif bagi
            pembaca bila tidak mengindahkan nilai rasa. Kata tolol tentu tidak
            begitu saja disamakan dengan bodoh . Kata tolol mengandung ejekan;
            kata bodoh merupakan lawan dari kata cerdas. Dari kata atau ung-
            kapan yang dituturkan dalam karangan kadang-kadang dapat diberi
            ciri bahwa karangan yang ditulis oleh si anu bernada keras, kata
            yang digunakan terlalu bombastis atau kurang mencerminkan keso-
            panan.
                  Dari situ timbul istilah kata-kata atau ungkapan yang kasar.
            Walaupun bahasa Indonesia (yang bersumber dari bahasa Melayu)
            tidak mengenal tingkatan pemakaian dalam berbahasa, masalah ke-
            efekan dan nilai rasa tetap ada.
                  Untuk menjaga agar efek kata atau ungkapan yang dikeluarkan
            sesuai dengan yang diinginkan, diperlukan kekayaan kosakata atau
            perbendaharaan kata. Dengan perbendaharaan kata yang cukup,
            penulis dapat memilih kata yang lazim, tepat, serasi, dan tidak menim-
            bulkan dampak negatif.
                  Dengan memerhatikan kelaziman, ketepatan, keserasian, dan
            keefekan kata, diharapkan agar isi dan maksud karangan dapat sampai
            dengan mudah dan tepat dipahami pembaca. Karena itu, seorang
            penulis tidak akan sembarangan memindahkan buah pikiran dan
            perasaannya, tanpa mempertimbangkan kata-kata yang akan dipakai.
                  Selain keempat hal tersebut, masih perlu kita perhatikan tentang
            adanya istilah kata dengan makna denotatif dan konotatif. Makna
            denotatif berarti makna yang berdasarkan kewajaran atau makna
            sebenarnya. Contohnya, kata garam dalam kalimat “Ibu menggulai
            sayur bercampur garam”. Garam pada kalimat itu berarti sejenis
            benda yang berwarna putih dan berasa asin. Namun, jika garam
            dalam kalimat “Orang itu sudah banyak makan garam”, maka kata
            garam di sini berarti pengalaman hidup; hal ini disebut makna kono-
            tatif, yaitu arti atau makna yang timbul kemudian, bukan arti sebe-
            narnya.
                  Pemakaian kata dengan makna denotatif dan konotatif harus
            sesuai dengan situasi dan letaknya dalam kalimat. Pada karangan
            ilmiah kata-kata yang digunakan harus bermakna denotatif, sama
            sekali tidak dibenarkan penggunaan kata yang menimbulkan arti
            ganda atau lebih dari satu. Penuturan dalam karangan ilmiah harus
            konsisten, jelas, sederhana, dan ringkas serta kuat efeknya kepada
            pembaca (Brotowidjoyo, 1985:75).


                                                                  BAB 5   55
                                                    Bahasa dalam Karangan
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70