Page 148 - PDF Compressor
P. 148
sama sekali bukan tipe perempuan yang dengan cepat bisa
akrab dengan anak kecil dan segitu jagonya story-telling. Ini
nggak mungkin hasil hobinya nongkrong di children book
section di Aksara itu, kan?
”Eh Rul, Surya ngajak football Rabu ini, jam tujuhan gitu
tapi bisa nggak lo?” celetuk Arga, sejenak mengalihkan perha-
tian gue dari Keara yang duduk di sofa ruang tengah.
”Hari kerja agak susah, bro. Gue baliknya jam sepuluh te-
rus nih. Weekend aja deh.”
”Weekend gue diomelin sama adik lo kalau kerjaannya ma-
lah olahraga mulu keluar rumah,” Arga melirik ke arah Tara.
”Eh, gue nggak mau mengulangi lagi hidup jadi golf widow
dan soccer widow, ya,” cetus Tara. ”Nggak ada lagi acara melari-
kan diri ke Malaysia demi nonton bola.”
Gue dan Arga langsung tertawa-tawa mengingat niat kami
146
nonton Manchester United sampai ke Malaysia, meninggalkan
Tara yang langsung ngomel-ngomel nonstop sama Arga sela-
ma berminggu-minggu. Mudah-mudahan istri gue nanti
nggak cerewet kayak adik gue ini, takut kualat juga gue lama-
lama karena sering ngerjain dia.
”Ra, kamarnya Dante yang mana, ya?” Keara muncul di
pintu dapur, menggendong Dante yang sudah tertidur lelap.
Heh? Nggak salah lihat gue? Dante yang bandelnya luar
biasa itu takluk dan sampai tertidur di pelukan dia?
”Walah, sampe ketiduran,” Arga sigap bangkit dan mengam-
bil Dante dari gendongan Keara. ”Berat, Key, biar gue aja,
kamarnya di atas.”
”Key, sori ya jadi repot,” senyum Tara. ”Eh, birthday cake-
nya masih ada nih.”
”Gue ke toilet dulu, ya.”
Who are you really, Keara Tedjasukmana?
Isi-antologi.indd 146 7/29/2011 2:15:21 PM