Page 200 - PDF Compressor
P. 200
Aku mengangguk.
Kemudian kita tiba di detik ini, Ruly. Ketika kamu melaku-
kan that thing you do. Aku harusnya bisa memikirkan lagu
yang bertempo lebih lambat dalam kepalaku untuk mengiringi
apa yang terjadi di antara kita sekarang, tapi lirik lagu dari
band The Wonders itu sangat cocok untuk menggambarkan
detik ini, saat kamu berkata, ”Tidur aja ya,” merangkulkan
lengan kanan kamu, dan menarik tubuhku untuk bersandar
di dada kamu, Ruly.
”Masih sejaman lagi kan ya balik ke Benoa-nya, nanti gue
bangunin kalau udah nyampe.”
That thing you do to fuck with my head once again.
Jadi aku menaruh kepalaku di dada kamu, Rul. Hanya ada
kita, suara bariton MC menyanyikan lagu My Way yang
menggema dari ballroom di dalam kapal, angin laut yang di-
198
ngin, suara lambung kapal memecah ombak, dan langit hitam
pekat bertitik bintang ini. Dan ingatan fotografisku yang bang-
sat ini sekarang memainkan adegan satu malam di Singapura,
saat aku terbaring menatap bintang-bintang di langit di la-
pangan rumput Padang Stage. Bahkan setelah aku memejam-
kan mata dan merasakan dada kamu naik-turun seiring de-
ngan tarikan napasmu.
Kalau saja aku bisa menguatkan diri untuk mengatakan
sesuatu untuk memecah keheningan di antara kita saat ini,
maka aku akan meminjam satu passage yang pernah ditulis
John Keats kepada kekasihnya, yang pernah kubaca di buku
40
Love Letters of Great Men itu. Karena, Ruly, tidak ada kata-
kata yang lebih tepat untuk kusampaikan kepada kamu ke-
40 John Keats (1795-1821) adalah salah satu penyair terbesar dalam literatur Inggris, yang
menulis surat ini kepada cinta sejatinya, Fanny Brawne, tetangganya.
Isi-antologi.indd 198 7/29/2011 2:15:25 PM