Page 196 - PDF Compressor
P. 196
tas. Punya penyakit mabuk laut begini memang nggak ada
enak-enaknya, di saat yang lain sedang heboh ketawa-ketawa
ngobrol sambil ber-toast-toast di tengah-tengah dining hall
cruise ship ini, kampungan banget aku malah melongo di sini,
di deck, berharap terpaan angin laut yang dingin bisa meno-
long membekukan perasaan mual yang sudah tak tertahankan
ini. Lebih kampung lagi kalau aku sok memaksakan diri ikut
mereka ber-wine wine terus tiba-tiba muntah dengan sukses-
nya sambil terhuyung-huyung, mau ditaruh ke mana mukaku
ini, nggak ada seksi-seksinya. Walaupun aku belum separah
Dinda yang nonton adegan film yang di-shoot dengan hand-
held camera seperti The Blair Witch Project, Quarantine,
District 9, Cloverfield, bahkan the Bourne Supremacy aja pu-
sing-pusing.
Oh fuck, sepertinya aku baru saja merasakan bebek bengil
194
yang kumakan tadi siang mulai naik ke pangkal tenggorok-
an.
”Keara, lo ngapain?”
My dear God, kenapa harus Engkau takdirkan aku melaku-
kan adegan paling tidak seksi sedunia ini tepat pada saat Ruly
muncul di dek ini?
R u l y
Bagus, yang ditayangkan semua TV di dining hall ini adalah
acara yang berlangsung di dining hall ini sendiri, sorotan video
ke arah MC sok akrab dan orang-orang yang berdansa dengan
musik ala Hawaii dan bir dan wine di mana-mana, dan seke-
lompok perempuan Bali menari hula-hula. Kalau ada Keara di
sini, dia pasti sudah berkomentar sinis, mungkin berkata, ”Rul,
Isi-antologi.indd 194 7/29/2011 2:15:24 PM