Page 247 - PDF Compressor
P. 247

”Gila ya, udah lama banget kayaknya kita nggak ngumpul-
                ngumpul begini?” Denise membuka pembicaraan begitu kami
                semua selesai memesan menu.
                  Gue inget banget kapan terakhir kali kami berempat bisa
                duduk di satu meja: satu minggu sebelum keberangkatan gue
                dan Keara ke Singapura tahun lalu. Tiga belas bulan gue ter-
                bebas dari menyaksikan Keara memandang Ruly penuh cinta
                setiap Ruly berbicara. Oke, sejujurnya mungkin tatapan Keara
                nggak segitunya, tapi buat gue yang tahu isi hati Keara sebe-
                narnya, ini menyiksa.
                    Menyiksa  karena  gue  nggak  bisa  punch  Ruly  in  the  face
                sampai  bengep  dan  nggak  ganteng  lagi  menyaingi  gue.  Gue
                nggak  bisa  mendaratkan  bogem  gue  ke  muka  cinta  matinya
                Keara  itu  bukan  hanya  karena  Ruly  sahabat  gue,  tapi  juga
                karena gue yakin kalau itu terjadi, yang ada gue akan menatap   245
                kosong saat Keara spontan lari memeluk Ruly, membersihkan
                luka-luka dan menyeka keringatnya, di depan gue. Jadi nggak
                ada untungnya juga buat gue, kan?
                  Yang  mau  gue  bikin  bengep  sekarang  itu  justru  si  Panji.
                Anjing  juga  itu  orang.  Nggak  ketemu  gue  sekian  lama  tiba-
                tiba udah memeluk-meluk Keara aja di depan gue.
                  Gue kepingin banget sekarang bertanya langsung ke Keara
                yang  duduk  di  kanan  gue  ini,  ada  apa  sebenarnya  di  antara
                dia  dan  Panji.  What,  he’s  over  Ruly? Atau  dia  cuma  pakai  si
                Panji  untuk  mengalihkan  perasaannya  dari  Ruly?  Shit,  Key,
                kalau lo butuh diversion, kenapa nggak gue aja? Kenapa harus
                si anjing itu? Mau lo siksa gue jadi budak lo dengan menge-
                pel-ngepel  apartemen  lo  pun  gue  rela,  Key,  asal  setelah  itu
                gue bisa memeluk dan mencium lo tanpa takut lo teriak ”To-
                long! Perkosaan!”








        Isi-antologi.indd   245                                      7/29/2011   2:15:28 PM
   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252