Page 250 - PDF Compressor
P. 250

Gue-lah yang paling mengerti apa yang lo rasakan saat ini,
               Key,  karena  ketika  lo  menatap  Ruly  dan  Denise  dan  dalam
               hati berharap seharusnya lo yang bisa dengan lugas saling me-
               nyelesaikan  kalimat  satu  sama  lain  dengan  laki-laki  yang  lo
               cintai itu, gue di kursi gue ini juga sedang curi-curi menatap
               lo dan berharap bahwa yang elo tatap dengan pandangan pe-
               nuh cinta itu adalah gue. Bukan Ruly yang clueless ini.
                  Pada detik ini gue sadar satu persamaan kita, Keara.
                  We  both  get  the  glorious  front  seat  of  watching  the  one  that
               we love loves somebody else.
                  ”Eh  enak  aja,  yang  mogok  pas  kita  ke  Padang  itu  bukan
               salah gue, ya,” tukas Keara sambil tertawa, menanggapi tuduh-
               an  Ruly  dan  Denise. ”Bukan  gue,  kali  yang  lupa  ngisi  ben-
               sin.”
                  Denise menoleh ke arah gue, mengacungkan telunjuk. ”Oh
         248
               iya, gue baru ingat, elu kan, Ris, yang kita percayain untuk isi
               bensin,  trus  lo  malah  mutar-mutar  kota  nggak  jelas  sama
               anak  Border  yang  baru  ditempatin  di  sana  itu,  yang  cantik
               banget itu lho, siapa namanya?”
                  Gue  terenyak.  Menoleh  ke  arah  Keara  yang  juga  berubah
               mukanya  ketika  ingatan  gue  dan  dia  sama-sama  diseret
               Denise  ke  kejadian  satu  malam  di  weekend  trip  kami  ke
               Padang  dulu.  Benar  malam  itu  gue  bawa  mobil  kami  untuk
               mutar-mutar  kota  dengan  siapa  itu  gue  juga  lupa  namanya,
               anak Management Associate-nya Border yang baru ditempat-
               kan  di  Padang  dan  terlalu  cantik  untuk  gue  anggurin.  Tapi
               yang Ruly dan Denise tidak tahu, yang menghabiskan bensin
               itu sebenarnya gue dan Keara. Gue ingat ditelepon Keara jam
               setengah dua belas malam, ”Lo di mana? Balik sekarang cepat,
               gue butuh banget mobilnya nih, Ris!”
                  ”Mau ngapain sih?” jawab gue waktu itu.








        Isi-antologi.indd   248                                      7/29/2011   2:15:28 PM
   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255