Page 243 - PDF Compressor
P. 243

”Don’t push your luck,” aku tertawa.
                  There’s a large part of our life that we call normalcy. Makan,
                tidur, mandi. Memakai celana dalam di dalam dan bukan di
                luar seperti Superman dan Batman. Matahari terbenam sete-
                lah  sore  dan  matahari  terbit  setelah  subuh.  Kopi  dan
                wholewheat toast di pagi hari. Dua puluh menit cardio tiga kali
                seminggu.
                  As pathetic as this may sound, pining for Ruly has been my
                normalcy. Menantikan Senin pagi karena itu hari aku dan dia
                selalu sarapan bareng di mejaku sebelum kami memulai weekly
                team meeting dengan bos-bos pukul setengah sembilan. Sete-
                ngah  jam  yang  kami  habiskan  dengan  berbagai  obrolan  di-
                awali  dengan  pertanyaan  ”how  was  your  weekend”,  lalu  dia
                bercerita  tentang  pertandingan  olahraganya  dan  acara  seru
                yang  ditontonnya  di  National  Geographic  atau  Fox  Crime,   241
                aku  menceritakan  film  bagus  atau  busuk  yang  kutonton  di
                bioskop dan restoran baru yang kucoba selama dua hari itu,
                dengan menghilangkan bagian-bagian yang ada Panji-nya, dite-
                mani dua tangkup roti bakar dan dua gelas capuccino panas,
                aku yang bawa rotinya dan dia yang beli kopinya di Starbucks
                lantai bawah. Dan sementara aku mendengarkan dia bercerita
                dengan  kedua  matanya  yang  berkilat-kilat  penuh  semangat
                tentang prestasi dua touchdown yang berhasil dia torehkan di
                pertandingan touch football dengan teman-temannya itu, yang
                ada  di  kepalaku  biasanya  hanya  satu:  agar  suatu  hari  kami
                bisa berhenti melakukan ini. Agar suatu hari aku dan dia ti-
                dak usah lagi saling menantikan jawaban pertanyaan ”how was
                your weekend” itu karena akhirnya Ruly dan aku menghabis-
                kan dua hari itu bersama-sama.
                  So you see, being pathetic has also been my normalcy, as your
                presence here, my dear Ruly, means the absence of my sanity.








        Isi-antologi.indd   241                                      7/29/2011   2:15:28 PM
   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248