Page 300 - PDF Compressor
P. 300

”Ruly berisik deh, mau gue bungkusin lagi bacangnya dua
               lusin?”
                  Gue tergelak. ”Ya udah, mau ke mana nih?”
                  ”Kata Dinda ada pasar ikan hias di dekat Izzi Pizza Men-
               teng situ yang kayaknya menarik buat photohunting, Rul.”
                  ”Oh, yang di Jalan Sumenep itu?”
                  Keara menatap gue kaget. ”Iya, kok lo tahu sih?”
                  ”Sering nganterin bokap gue ke situ. Bokap gue kan suka
               ikan, Key.”
                  ”Anaknya nggak?”
                  ”Anaknya  suka  sapi,”  jawab  gue  tersenyum  lebar.  ”Untuk
               dimakan.”




               K e a r a
         298

               Ini  mulai  terasa  seperti  Bali  lagi. Aku  sebenarnya  masih  bi-
               ngung  kenapa  hari  ini  Ruly  yang  biasanya  cool  dan  anteng
               tiba-tiba  murahan  banget  dan  mau  aja  ngikut  aku  ke  mana
               pun.  Ada  suara  dalam  kepalaku  sebenarnya,  yang  berbisik
               bahwa makna sore hari hanya berdua Ruly ini tak lebih dari
               dia yang sedang melarikan diri dari berhadapan dengan kenya-
               taan pahit berupa Denise yang sudah ber-Kemal lagi. Walau-
               pun suara yang kupilih untuk didengar adalah yang satu lagi,
               yang bilang who the fuck cares why? Yang penting sore ini Ruly
               hanya milikku, seperti dulu laki-laki ini pernah cuma jadi pu-
               nyaku selama jalan-jalan kami mengelilingi Bali berbulan-bu-
               lan yang lalu itu.
                  ”Neng, nggak mau sekalian beli ikannya, buat hadiah pacar-
               nya gitu,” sapa ibu-ibu setengah baya pemilik toko ikan hias
               yang  dari  tadi  mengizinkan  aku  memotret-motret  akuarium








        Isi-antologi.indd   298                                      7/29/2011   2:15:31 PM
   295   296   297   298   299   300   301   302   303   304   305