Page 299 - PDF Compressor
P. 299
jadi sopir lo kayak di Bali dulu. Asal nggak ada adegan ang-
kat-angkat lukisan sama belanjaan lagi, kan?”
R u l y
Gue ikut lo ke mana pun saat ini, Key, asalkan gue jauh-jauh
dari lokasi persatuan kembali Kemal dan Denise ini.
Dia tertawa waktu gue bilang tentang Bali itu. ”Ya udah,
ayo. At your own risk, ya.”
”Eh buset, ini nggak mau motret sambil manjat tebing jung-
kir balik gitu, kan?”
Keara tertawa lagi. ”Ruly, lihat gue deh, menurut lo mung-
kin nggak sih gue motretnya pake adegan begituan?”
Kami naik ke kamar Denise lagi, pamit, secepat mungkin 297
supaya gue tidak usah lama-lama melihat senyum bahagia
Denise dengan suami bangsatnya itu, dan langsung turun me-
nuju parkiran mobil.
”Jadi mau ke mana nih?” tanya gue begitu kami masuk ke
mobil. ”Mau ke apartemen lo dulu ngambil kameranya?”
”Gue udah bawa kok,” katanya mengeluarkan kamera kecil-
nya dari tas.
”Nggak pakai Canon gede yang biasanya lo tenteng-tenteng
di Bali itu?”
”Itu berat banget, Rul, kan gue nggak tahu bakal ada lo
yang mau jadi asisten fotografer lagi,” senyumnya.
”Jadi asisten dibayar nggak sih?” kata gue iseng.
”Kan udah dibayar pake bacang tadi,” balasnya tersenyum
jahil.
”Buset, murah banget ya bayaran asisten itu.”
Isi-antologi.indd 297 7/29/2011 2:15:31 PM