Page 301 - PDF Compressor
P. 301
dan kolamnya. Ibu ini tersenyum sambil melirik Ruly yang
berdiri di belakangku.
Aku menoleh ke arah Ruly yang sekarang wajahnya meme-
rah salah tingkah.
”Oh dia?” kataku ke ibu itu, mencoba sesantai mungkin,
padahal detak jantungku langsung loncat kecepatan karena
pernyataan ibu juragan ikan ini. ”Dia bukan pacar saya, Bu.
Dia asisten saya.”
Aku menahan tawa waktu muka Ruly berubah melongo.
”Aduh, Neng, sayang banget ya ganteng-ganteng gitu kok
jadi asisten, dipacarin aja, kali, Neng,” si ibu-ibu itu nyele-
tuk.
Ruly langsung menjauh, pura-pura melihat akuarium besar
di bagian belakang toko.
Aku berbasa-basi sebentar dengan si ibu, lalu menyusul 299
Ruly yang menunduk menatap entah ikan apa ini yang badan-
nya gede bulat dan berduri-duri.
”Si ibu naksir lo tuh kayaknya, memuji-muji lo ganteng
gitu,” aku menyapanya sambil tersenyum simpul.
”Ada apa, Bu Keara? Apa lagi yang bisa saya bantu?” jawab-
nya memasang muka bete.
”Kok manggil gue ibu sih?”
”Kan gue asisten lo, harus sopan dong sebagai kacung kam-
pret.”
Aku langsung tergelak. ”Marah nih ceritanya.”
”Kasian banget ya nasib gue cuma jadi asisten lo doang.”
”Jadi harusnya tadi gue iyain aja waktu dia nuduh lo pacar
gue?”
Oh crap, kenapa bibirku jadi kebablasan begini? Ini hal-hal
yang biasanya dengan mudah kuucapkan waktu flirting-flirting
nggak penting dengan semua laki-laki lain yang pernah berada
Isi-antologi.indd 299 7/29/2011 2:15:31 PM