Page 102 - 9 dari Nadira
P. 102
beilo .§. Chudori
Rumah itu terletak di sebuah p o j o k d i kawasan Bintaro.
Setiap kali Nadira baru saja mengunjungi rumah ayahnya
di Bintaro pada akhir pekan, ia sengaja melalui rumah be
sar ini. Biasanya, Nadira meminta supir taksi yang ditum
panginya berhenti s e jenak. Lima men it, atau 10 men it. Bah
kan dia mempersilakan sang supir merokok, sementara
Nadira membuka jendela kaca taksi yang ditumpanginya,
dan menatap rumah besar dan mewah itu.
Rumah itu menonjol s e ndirian di antara rumah-rumah
Bintaroyangmemiliki format yang mi rip antara satu dengan
yang lain. Rumah-rumah d i kompleks Bintaro lazimnya
lebih seperti deretan kotak korek api yang tak memiliki
kepribadian. Rumah i n i berdiri dengan angkuh di atas luas
tanah yang tak terbayangkan; bertingkat empat disangga
oleh tiang-tiang yang tinggi seolah ingin menggapai langit.
I n i l ah perangai sang rumah: megah, besar, dan mampu
melahap manusia. Lalu, l i h a tlah motor-motor besar yang
terlihat galak itu, yang ber pose di halaman depan dan
bukan di dalam garasi yang sangat luas?
Yang paling menarik mata Nadira adalah patung lelaki
besar yang menyerupai sosok Napoleon itu. Wajah patung
nampaknya digantikan oleh wajah empunya rumah: muka
lelaki Jawa berusia sekitar 50-an dan berkumistipis.
D i sekeliling patung Napoleon dari Jawa itu, Nadira
melihat dua patung Cupid yang mendampinginya. Selain
itu-nah, i n i adegan yang paling disukai Nadira-tujuh
patung perempuan yang tengah menatap kagum kepada
Napoleon. Nadira seolah bisa mendengar bisikan salah satu
patung perernpuan yang meminta Tuan Besar Napoleon
untuk menyemprotkan kasih cintanya barang setetes. Nadira
sengaja tak ingin bertanya pada pernilik warung rokok d i
pojok jalanan tentang identitas pemil i k rumah ini. a l lebih
suka bermain-main dengan imajinasinya.