Page 105 - 9 dari Nadira
P. 105
'[ asbih
Jika kali ini Tara membuat perkecualian untuk Nadira,
pasti bukan karena perasaan yang selama n i ditekan-tekan
i
d i lapisan hati yang paling bawah, melainkan karena Tara
tahu betul, Nadira berhak untuk meminta istirahat.
"Saya s e t u j u. Kamu perlu libur. Kami semua sudah
khawatir, karena selama ini. . . "
"Saya tidak minta cuti!" Nadira menyela.
"Oh .. . "
Nadira menyenderkan punggungnya, lalu melempar
pandangannya ke luar jendela dan bergumam. Tapi Utara
bisa mendengar kalimat Nadira dengan jelas. Hanya untuk
pekan ini, Nadira minta ditugaskan meliput sesuatu yang
ringan, seperti kriminalitas atau hukum. Tara menatap
Nadira. Tara memberikan jawaban yang sudah diulang
ulang kepada hampir s e t iap reporter yang pada tahun-ta
hun pertama masih mencoba merengek. Nadira tak per
nah merengek. Baru kali i n i dia meminta sesuatu. Tapi
Tara merasa harus memberikan pidato umum itu. Sebagai
reporter yang sudah senior, Nadira tetap tak boleh memilih.
"Lagi pula, siapa bilang i p utan kriminalitas itu lebih
l
ringan?" Tara menambahkan di ujung kalimatnya, karena
Nadira tak kunjung menjawab.
"Maksud saya, lebih r i n gan untuk hati saya; kata
Nadira. "Rubrik Kriminalitaspunyatujuan yangjelas. pem
bunuh bersalah; yang dibunulh adalah korban. Pemerkosa
itu salah; yang diperkosa itu korban.·
"Dan itu lebih meringankan hati kamu?"
"Lebih ringan karena saya tidak perlu bertemu dengan
orang-orang yang merasa diri pandai. .. Dunia politik, ter
utama anggota DPR, penuh dengan orang-orang seperti itu.
Dunia seni terlalu berisik," Nadira melihat keluar jendela
lagi. Bibirnya menggumam. Kali ini Tara hanya melihat
98