Page 110 - 9 dari Nadira
P. 110

l:ieila g,.  Chudori





                 dan  foto-foto  korban  pembunuhan.  "Korban  yang  paling
                 baru bernamaMuryani Handoko, 52tahun, ibu seoranganak

                  lelaki.  D i a   ditemukan tewas  i   rumahnya dua pekan  lalu,
                                                      d
                 10  Juni  1994.  Bapak X  mengaku telah  mencekik Muryani
                 dan  ... lihat ini. .. ," Ray memperlihatkan f o t o   Muryani,  "dia

                 mencongkel  biji mata kirinya dan  merobek  bibirnya post­
                 mortem.·

                                                                               d
                       Nadira terkesiap. Bagi an ini tidak pernah ada  i   media.
                       "lni  kami  simpan  rapat  dulu dari  publik."  kata Ray
                 yang sudah mengenal alam pikiran Nadira,  "karena kami

                 masih ingin mencari tahu, kenapa semua korbannya selalu
                 perempuan  paruh baya yang m e mpunyai anak lelaki;  dan

                 kenapa setelah dibunuh, mulut perempuan itu dirobek."
                       Nadira mencatat  itu  semua dengan jari-jari  gemetar

                 dan hati berdebar. Saat itulah Wisnu masuk memberitahu
                 bahwa Bapak X sudah siap diwawancarai oleh Nadira.
                       "Data lima korban lainnya kita teruskan setelah kamu

                 wawancara  dia,  Nad ...  Saya  hanya  bisa  memberi  waktu
                 setengah jam saja dengan dia. Cukup, kan?"

                       "Sangat cukup, Bang. T e r imakasih,"
                       Ray mengangguk kepada anak buahnya. Hanya bebera­
                 pa menit, mereka menggiring seorang lelaki setengah baya

                 ke hadapan Nadir a. Ray tersenyum sinis dan memberi tan­
                 da pada Bapak X untuk duduk di ruangtengah kantor polisi

                 yang hanya diisi dengan sebuah meja,  dua buah kursi, dan
                 potret Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Try Sutrisno
                 yang digantung di dinding.

                       Nadira langsung melontarkan seluruh pandangannya
                 hanya dengan  satu  kali  "tonjokan·.  Nadira memiliki  apa

                 yang disebut Tara sebagai  "photographic memory". Wajah
                 seorang lelaki yang usianya sudah merambat pada tingkat
                 melebihi setengah abad;  sebuah tahap yang membuat para


                                                   10�
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115