Page 114 - 9 dari Nadira
P. 114

l.:ieila ,§.  Chudori





                 dengan sernangat.
                       "Bagairnana Anda  mengetahui  anak-anak i n i   disiksa

                 ibunya s e ndiri?"
                       "Saya tak pernah ragu ... Saya tahu tanda-tanda anak­
                 anak  yang  dihajar  oleh  ibunya s e ndiri.  ..  Ray,  polisi  yang

                 jatuh  hati  padamu  itu,  sudah  rnernperlihatkan  foto-foto
                 karya seni saya?"  Bapak X  tertawa berderai-derai. Nadira

                 tidak menjawab dan menyibukkan diri dengan rnencatat.
                       "Korban  pertama ... ?"  N a dira bertanya dengan  suara
                 yang sangat dikontrol.

                       "Meidina  Satya!"  Bapak  X  rnenyela  seperti  seorang
                 peserta  kuis yang merasa  mengetahui  jawaban  yang  di­

                 lontarkan pernbawa acara. "Dia berusia 54 tahun, seorang
                  ibu yang mengontrol  jadwal  anak lelakinya dari  menit ke

                 menit...;  Bapak  X  berseru  dengan  nyaring  dan  girang.
                 "Setiap kali anaknya terlambat hanya beberapa men  it,  dia
                 akan menghukum anaknya.  Dia rnengikatnya, rnengurung

                 anaknya s e harian tanpa rnakan dan minum .. ."
                       Bapak X menceritakan itu dengan bernafsu dan hampir

                                                                               .
                 tak bernafas. "Menghabiskan dia paling gampang .. "
                       Nadira memperhatikan w a j ah Bapak X  yang rnenceri­
                 takan setiap adegan pembunuhan itu dengan rinci, seperti

                 rnernberikan sebuah kursus kepada seorang pembunuh pe­
                 mula.

                       "Waktu kali pertamasayarnerobekmulutMeidinaSatya,
                 rada susah .. ., agak liat. Jadi saya harus menggunakan kedua
                 tangan saya  ... ; Bapak X  bercerita dengan semangat, rnata­

                  nya berkilat-kilat girang dan kedua tangannya memberikan
                 contoh bagaimana i a  menguakkan bibir korbannya.

                       Nadira  mencatat  s e mbari  mencoba  meredam  debar
                  di  dadanya. "Nah, setelah  beres ... ;  Bapak  X  rnelanjutkan,
                 "barulah saya membereskan bola rnatanya."


                                                   107
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119