Page 108 - 9 dari Nadira
P. 108

Geilo �- Chudori





                 Tiba-tiba Tara melihat kesedihan yang luar biasa yang ter­
                 pancar dari mata Nadira yang besar. Tara s e lalu berusaha

                 menghindari  tatapan  mata  Nadira  yang  meminta.  Bagi
                 Tara, kedua bola mata Nadira terbuat dari air danau yang
                 berwarna biru. Tara menamakannya Danau Kembar yang

                 mampu membuat Tara tenggelam  ke dasar  dan tak akan
                 pernah  bisa  muncul  ke  permukaan  realita.  I ni  sangat
                 berbahaya. Tara tak ingin tenggelam.  Dan Tara  tak  ingin

                 g e l agapan.  Karena  itu,  ketika danau  kembar  itu kembali
                 hampir melahapnya, Tara buru-buru mengangguk.

                       Nadir  a berdiri, tiba-tiba dia ingat sesuatu.
                       "Mastadi mau membicarakan apa?"
                       Tara terdiam.  D i a   sudah tak tahu lagi  apakah  cukup

                 penting untuk menyarankan Nadira istirahat di rumah dan
                 tidur. Dia bahkan tak tahu apakah saran  untuk cuti akan

                 membantu mengembalikan Nadir  a yang dulu, yang pernah
                 hidup tiga tahun yang lalu sebelum ibunya wafat.
                       "Mas kepingin  tahu  kapan  saya  pindah  dari  kolong

                 meja?"
                       Tara mengangguk perlahan.

                       "Saya ingin kamu bisa tidur yang lelap."
                       "Sayaseringbermimpi, sayacelentang ... tidak bergerak,
                 tidak berbicara apa-apa. H anya celentang di lubang kubur.

                 Sayamerasatenangdi sana. Dan sayaselalu menyesal setiap
                 kali bangun dari mimpi itu."
                       Tara terdiam. Tidak bereaksi.

                       Nadir  a membersihkan tenggorokannya dan melangkah
                  pergi.


                                                    ***


                 Mayor Polisi Ray Wiradi memberi tanda kepada anak buah­
                 nya. Ray Wiradi, seorangsersemudayang sudah sangat lama


                                                   101
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113