Page 104 - 9 dari Nadira
P. 104
l:ieilo ,§). Chudori
meski tak bisa menyembunyikan keprihatinannya. Nadira
langsung duduk di hadapan Tara dan melirik k e kiri dan
kanan.
"Yang lain mana?"
"Yang lain s e d ang liputan, Dir. Saya mau bicara .. ."
"Oh ... ; Nadira terdiam beberapa saat, "saya juga mau
mengajukan satu permohonan, Mas .. ."
"Ya?"
"Saya tahu, kita tak boleh memilih penugasan. Tapi,
hanya untuk minggu ini. .. s a y a minta untuk tidak dilibatkan
dalam tim laporan utama."
Dal am keadaan biasa, sang Kepala Biro akan memberi
ceramah dua jam tentang filsafat majalah T er a: bahwa
siapapun tak boleh menolak penugasan yang i b erikan. Te
d
tapi setelah tiga tahun kemati an ibu Nadir a, Taratak pernah
melihat Nadira tersenyum atau menangis (kecuali ketika
mereka menemukan bunga seruni yang mengiringi keper
gian jenazahnya ke liang lahat). Diam-diam Tara memper
hatikan, Nadira sudah tak memiliki emosi. Apa yang disebut
emosi (yang diperkirakan Tara bersatu-padu dengan "hati",
dan dalam hal ini Tara tak ingin berdebat apakah hati se
harusnya merupakan terjemahan dari "jantung" atau "liver"),
seperti ikut-ikutan menguap bersama roh sang ibu; dan
seolah tak ada rencana kembali ke tubuh Nadira. Dengan
kata lain, selama tiga tahun, Nadira tak pernah melakukan
apapun selain bekerja 24 jam sehari, tujuh hari dalam se
minggu.
Semua tugas investigasi dan tugas-tugas peliputan ke
luar negeri d i lahapnya sigap; dan begitu pekerjaan selesai,
d
D
Nadira tak segera pulang. i a terlelap bergelung i bawah
d
mejanya, hingga Pak Satimin yang bebersih i pagi hari ter
paksa membiarkan kawasan meja Nadira dibersihkan siang
hari, setelah si Non berangkat i putan.
l
97